Kamis, 04 Januari 2018

Tulisan

Sepagian kembali baca artikel di grup. Isinya mungkin biasa, tentang keutamaan sedekah. Dilengkapi dengan kisah Nabi yang entah shohih atau palsu, tapi sangat jelas meragukan.

Tapi yang luar biasa adalah kalimat pembukanya.

Dan ada yang menggelitik hati saya. Di tulisan paling atas tertulis,

"Yang tidak mau membaca tulisan ini adalah orang yang paling sombong "

Aneh bin ajaib.

Sebuah tulisan diawali dengan kalimat penghakiman. Entah siapa yang menulis. Apa dasarnya kalimat itu ditulis. Sungguh kalimat ajaib. Entah apa juga maksud si penulis itu. Baru nemu saya. Kesombongan bisa diukur dengan baca dan tidaknya sebuah tulisan yang hanya artikel biasa. 😇

Di zaman serba sosmed, yang like dan share aja sudah bisa masuk surga. Seolah-olah masuk surga begitu mudahnya hanya dengan like dan share.

Dan sekali pun saya ga pernah mau like dan share artikel atau poto yang di bawahnya ada saran like dan share bisa masuk surga. Meski didoakan, ga begitu juga kali, ya.

Kita ini sering latah, apa aja gampang dibagikan. Ga peduli shohih atau palsu. Kisah para Nabi itu mudah dicari, Alquran banyak menuliskannya. Hadits shohih pun banyak mencatatnya. Jadi, sekiranya kisahnya agak asing, aneh, biasanya pun ada reaksi.

Mengambil hikmah dari setiap kisah adalah keharusan. Tapi membuat kisah palsu atas nama Nabi atau sahabat, kemudian disebar luaskan, ini yang jadi masalah. Kisah shohih para Nabi dan sahabat atau tabiin dan orang sholeh lainnya, rasanya tidak sulit mencari, asalkan mau saja kita mencari dan membaca bukunya.

Yu, ah.
Jeli dengan artikel kisah palsu. Hikmah seharusnya diambil dari kisah shohih. Justru bahaya jika itu dari kisah palsu.

Menulislah kisah yang shohih saja. 😘

Eka Rosaria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar