Jumat, 11 Mei 2018

Ibroh

Taqdir

Hari ini sempet lupa kalau jadwalnya mau diurut, padahal udah pesen dari jauh hari. Baru ingat begitu lihat jam 9 tadi. Sementara pager sudah digembok dan kuncinya dibawa. Antara gemes dan geregetan. Tapi mencoba santei dulu. Benar saja, mbak yang mau urut datang di jam sembilan seprapat. Sementara saya bingung nyari kunci, siapa tau yang satunya ada di rumah. Tapi nihil. Dicari kesana kemari ga ada. Mau nanya rumput yang bergoyang juga ga bisa, karena ini musim hujan, rumputnya basah.

Pagi sebelum berangkat, sebenernya suami bilang kalau ga bawa kunci. Entah kenapa akhirnya itu kunci dibawa juga. Alhasil pagernya digembok. Ya sudah lah. Padahal ada dua. Biasanya dia lupa. Satu kunci di tas, satu lagi dibawa karena nutup pager. Emang suami saya menggemaskan kalau sudah urusan begini. Ga bisa marah, palingan dia datang senyum-senyum. Apalagi kalau sekalian bawa oleh-oleh, maka kita harus menyambutnya dengan penuh suka cita. Jangan ada marah di antara kita. Apalagi kalau bawaannya rawon sapi atau sop janda.

Alhamdulillah si mbaknya baik hati. Malahan dia nanya ke saya butuh apa, ada makanan di rumah apa ga,  barangkali ada yang mau dibeli, nanti dia yang belikan. Saya jawab saja ga perlu, gpp. Saya minta maaf karena sudah bikin janji tapi belum bisa tepati. Saya tanya lagi jadwalnya urut untuk besok, ternyata sudah  penuh. Yah, bukan rezeqi saya untuk hari ini dan besok. Qodarulloh dia-nya juga lagi shoum dan kelihatan rada butuh istirahat juga. Pas lah.  Meskipun saya jadi berasa ga enak, tapi Qodarulloh begitulah akhirnya.

Kadang-kadang dan bahkan sering, kita kesel karena keinginan tidak terpenuhi. Tapi ternyata memang itu lebih baik. Saya yang nyari kunci tapi ga ketemu, mbak-nya yang lagi shoum dan juga butuh istirahat. Akhirnya saling ikhlas. Menerima taqdir terkadang harus kecewa dulu. Tapi nyatanya, apa yang terjadi hari ini, itulah yang terbaik. Barangkali saya bisa melakukan hal lain. Dan kembali sabar dengan apa yang dirasakan sekarang.

Eka Rosaria
Cerita emak emak

Ibroh

Saya

Entah kenapa, senang denger curhatan orang lain. Asal tidak diulang-ulang. Berusaha menjadi pendengar yang baik. Ngasih solusi jika bisa. Jika tidak, cukup mendoakan. Semoga apapun masalahnya, segera selesai dengan baik.

Bukan karena saya punya sesuatu jika ada yang senang curhat. Hanya berusaha mengimbangi dan tetap memberikan semangat, tidak menghakiminya. Bahwa masalah dunia ini hanya sementara. Kuncinya banyakin istighfar.

Padahal, masalah sendiri saja sudah bejibun. Kadang justru merasa terpuruk, sedih, susah. Tapi mendengarkan curhatan orang lain itu seringkali menjadi cermin, bahwa ternyata masih banyak yang dikasih masalah lebih berat. Di situlah letaknya bersyukur.

Apa yang saya tulis, adalah satu kenyataan. Karena saya merasa kesulitan ketika membuat tulisan cerita karangan. Entah itu poligami, pelakor, dll. Semuanya kisah nyata. Jika ada yang menyarankan saya jangan menuliskannya, terutama soal poligami karena saya tidak mengalaminya, itu terserah. Saya hanya menuliskan kisah nyata. Tidak memberikan opini berlebihan. Karena syarat dan ketentuan poligami adalah hal jelas, tidak perlu dirubah.

Kejadian dan ujian yang menimpa banyak teman saya, itu semua membuat saya belajar. Bahwa hidup tidak mulus seperti jalan tol masa dulu. Karena sekarang pun banyak sekali bolongnya, rusaknya. Hidup akan selalu diuji dengan kebahagiaan dan kesedihan. Karena muaranya adalah syukur dan sabar.

Inilah saya,
Eka Rosaria
Cerita emak emak

#lagi nyimak curhat istri yang mau diceraikan suaminya karena istrinya sakit dan dia-nya selingkuh. Ingin menikahi selingkuhannya. Istri rela dipoligami asal jangan dicerai. Tapi perempuan selingkuhannya tidak mau dimadu. Maunya hanya dia sendiri yang memiliki suaminya. ???

Etika

Adab

Saya lebih suka disapa dan didoakan.

"Assalamualaikum, pa kabar, Ka? "

Atau,

"Baarokalloh"

Saya lebih menyukai kalimat itu yang dikirim ke wa saya. Daripada segala artikel atau tulisan yang dikirim tanpa kenal waktu, tanpa mau tau kabar dan menyapa.

Saya juga menyukai setiap jamaah ibu-ibu yang memberikan jadwalnya suami, tapi selalu diawali dengan doa dan sapaan. Bahagia hati saya. Yang intinya ada obrolan di antara kita.

Atau siapa saja yang menyapa dan bertanya. Kemudian diakhiri dengan kalimat,

"Kakak doakan semoga Eka dan keluarga selalu sehat, ya!"

Entah kenapa, saya bahagia banget dikirimi kalimat itu. Jazaakumulloh khoir, kak Junai. Jujur, seneng sekali kalau sudah didoakan seperti itu.

Tapi sebaliknya, saya sangat tidak suka dikirimi segala tulisan panjang kali lebar. Dari yang isinya taushiah sampai iklan, tapi tidak ada kalimat lainnya. Bahkan ada nomer yang baru masuk. Tetiba rajin ngirim tulisan, hanya itu, tidak ada lain. Disapa balik pun tidak jawab. Maka terpaksa saya blokir. Maapkan kalau saya tidak suka dengan segala bentuk kiriman tulisan tanpa ada adabnya. Saya memang merasa terganggu. Apalagi kalau suara hape saya nyalakan keras. Karena segala chat penting dan jadwal suami semuanya masuk ke hape saya. Hape adalah alat komunikasi. Pastinya dua arah. Maka kalau hanya butuh kirim-kirim saja, silahkan kirimkan ke wa grup saja, bukan ke wa pribadi.

Saya hanya mau hemat energi saja. Karena kadang kita lagi sibuk atau konsen dengan kerjaan, tiba-tiba ada chat wa masuk kemudian kita harus lihat karena dipikir penting. Tapi ternyata cuma gitu saja, tanpa ada sapaan apa pun.

Bagi siapa saja..
Beradablah saat kirim apa pun ke wa pribadi. Tambahkan kalimat sapaan dan doa agar hati yang disapa bahagia.

Dan satu lagi,
Jika kita ingin ngobrol langsung dengan siapa pun, ada baiknya bertanyalah dahulu. Karena bisa saja sedang sibuk dan repot.

Sekian
Baarokalloh fiik untuk siapa pun yang mendoakan saya. Semoga doa yang sama untuk antum semua.

Etika

Tutupi aib rumahtangga kita

Dulu sekali, di sebuah status fb. Saling sindir dengan nada marah terjadi antara suami istri. Mereka saling komentar negatif. Entah apa masalah yang sebenarnya terjadi antara mereka.

Saya hanya menontonnya. Tidak perlu ikut komentar meskipun hanya sekedar menasehati. Lebih memilih diam. Karena belum tentu akan memperbaiki keadaan. Salah-salah bisa jadi tambah runyam. Biarkan mereka menyelesaikannya berdua. Sudah dewasa. Seyogyanya tahu persis, bagaimana seharusnya.

Bertahun berlalu, saya mendengar mereka akhirnya bercerai. Saya hanya bisa melihat dan mendoakan. Semoga itu pilihan yang terbaik buat mereka.

Dalam hati, saya hanya berfikir. Semudah itu menampakan masalah pribadi di sosmed?  Sudah hilangkah rasa malu?  Padahal mereka hanya perang komentar dan tidak banyak aib yang diumbar. Itu saja sudah bermasalah. Karena sejatinya masalah antara suami istri itu harus tertutup rapat dari penglihatan siapa pun.

Tapi hari ini?

Segala aib rumahtangga diumbar berserakan seperti sampah di jalananan umum. Dari hanya sekedar tulisan sampai video. Semuanya terbuka. Dibaca dan ditonton sekian banyak orang. Padahal jika pun ingin mengambil sebuah pelajaran dari permasalahan rumahtangga, cukup ditulis tanpa menyebutkan detail nama dan tempat.

Pak..
Bu..

Adakah suami istri tanpa masalah dalam rumahtangganya?

Jawabnya : tidak ada

Semuanya pasti ada ujiannya sendiri. Tinggal kita nyari ilmunya dan mengamalkannya.

Suami punya kekurangan. Istri juga punya kekurangan. Maka muaranya adalah saling menerima dan introspeksi diri. Saling menutupi. Berusaha menyelesaikan masalah dengan baik dan tertutup. Serta memohon pertolongan dengan sholat dan sabar.

Bukankah begitu?

Eka Rosaria

Umroh

Bagi yang punya kecukupan uang, berangkat umroh atau haji adalah hal yang tidak sulit. Meski begitu banyak sekali yang ternyata banyaknya uang tidak menjamin seseorang ditaqirkan sampai ke tanah suci. Tapi bagi yang uangnya pas dan bahkan kurang kemudian ditaqdirkan bisa sampai kesini untuk umroh atau haji, adalah hal yang luar biasa.

Ada banyak kisah haru tentang seseorang yang secara matematika sendiri tidak mungkin berangkat umroh atau haji. Tapi matematika Alloh beda dengan kita. Dengan niat, usaha dan tawakkal, lalu kemudian Alloh cukupkan rezekinya.

Segalanya tidak selalu harus ada uang. Meski uang tetaplah harus ada.

Contohnya,
Seorang yang hanya jualan kangkung, ternyata ditaqdirkan bisa menunaikan umroh atau haji. Karena ternyata, selain kangkungnya dijual, tanahnya juga ikut dijual. 😅

Tetap optimis bahwa Alloh itu sangat mudah untuk mencukupkan harta orang yang sudah niat dengan kenceng dan segala usaha dan doa dilakukan.

Tetap semangat, pemirsah
Salam pagi menjelang siang dari bumi Mekkah, tanah kelahiran Rosulullooh shollalloohu 'alahi wa sallam. Tanah dimana ada ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrohim 'alaihissalam dan anaknya, Nabi Ismail 'alaihissalam. Kota mulia yang selalu menjadi magnet bagi setiap hati yang beriman.

Ceritanya nyusul, yaa
Cerita tentang jamaah yang saya temani perjalanannya sampe ke tanah suci, padahal uangnya baru sampai mimpi. Tapi Alloh wujudkan mimpinya..
Semoga semua teman saya, siapa pun, segera menyusul.

Bangun impian, wujudkan dengan kenyataan.

Baarokalloh fiik

Etika

Saat kita mengajari orang lain supaya mau membantu kita, maka saat yang sama kita juga harus mengajari diri sendiri supaya tidak membebani orang lain.

Ada banyak orang yang begitu mudah meminta dan menyuruh orang lain membantunya tanpa berfikir bahwa orang lain terbebani, dengan alasan harus saling tolong. Menolong itu harus. Tapi kita mewajibkan pada diri, jangan menjadi beban bagi orang lain.

Ada seseorang yang mendapat kemudahan dengan dibebaskan dari satu biaya karena posisinya, tapi kemudian tidak mengambilnya karena tidak ingin biayanya menjadi beban bagi yang lain. Baginya, inilah izzah. Dia tidak ingin merepotkan siapa pun.

Tapi kemudian ada yang dengan mudah menyuruh ini dan itu, memberikan alasan bahwa menolong adalah investasi. Itu betul. Tapi terkadang menjadi hal yang justru tidak bagus saat menjadi beban bagi yang lain.

Biasakan menahan diri untuk tidak mudah menyuruh ini dan itu kepada orang lain. Agar izzah kita terjaga.

Etika

Menjaga perasaan

Seorang ibu fulanah terlanjur curhat saat ditanya temannya. Tentang anaknya yang suka buka hape ortunya tanpa izin, kemudian mengubah status medsosnya. Fulanah resah meski bisa jadi itu hal sepele. Karena terkadang bagi yang melihat dan membaca, akan dianggap itu adalah perbuatannya, bukan anaknya.

Kemudian si teman berkomentar. Bahwa dia merasa aneh dengan kelakuan anaknya fulanah. Dan bilang bahwa,

"Alhamdulillah, beda ya sama anak saya. Kalau anak saya sama sekali tidak berani ambil dan buka-buka hape ortunya."

Sekilas biasa saja.

Tapi bisa jadi itu hal yang tidak nyaman buat fulanah. Memandang tidak baik perbuatan anaknya si fulanah, lalu tanpa sadar membanggakan anaknya sendiri.

Itulah yang sering tidak kita sadari.

Saya tahu persis saat ada beberapa teman yang anaknya, Subhaanallooh, perilakunya sungguh diluar batas. Ada yang senang mencuri. Tidak mau sekolah dan akhirnya bergaul dengan orang-orang yang tidak baik. Merokok, juga entah sholat entah tidak. Padahal kedua orangtuanya rajin hadir di majlis ilmu, rajin sholat jamaah di masjid. Mereka, ortunya, adalah orang yang baik di mata saya. Dan saya, juga teman yang lain, berusaha untuk bersikap biasa ketika dihadapannya. Tidak pernah membicarakan soal kelakuan anak kita, apalagi anaknya. Yang pasti akan membuatnya merasa malu.

Bagaimana pun juga, saat di mata orang lain ada stigma bahwa perilaku anak adalah hasil didikan orangtuanya, sementara yang terjadi terkadang tidaklah seperti itu.

Melahirkan anak dengan segala bawaan sifat dan karakternya, tentu bukan keinginan setiap orangtua. Sama halnya dengan seorang anak yang tidak bisa memilih dari ibu mana dia dilahirkan. Semuanya taqdir. Alloh lah yang menentukannya.

Saya percaya, bahwa orangtuanya sudah mendidiknya dengan baik, dengan aturan yang sesuai. Tapi jika ternyata akhirnya tidak seperti yang diharapkan, lantas bisa apa?

Inilah ujian bagi orangtua. Sebagaimana seorang Nuh Alaihissalam dikaruniai anak yang bernama Kan'an yang ternyata masuk dalam golongan ahli neraka. Padahal ayahnya sudah mengajaknya untuk ikut bersamanya.

Maka, sepatutnya juga bukan hal yang harus terus diratapi. Tapi sebagai bahan yang harus disabari. Agar kelak menjadi saksi, bahwa ujian itu membawanya pada pahala tak terperi.

Ada banyak kasus, seorang anak dengan orangtuanya berititel haji. Titel yang setiap orang berpendapat bahwa anaknya seharusnya  punya sifat yang baik. Tapi ternyata di kemudian hari justru jadi murtad karena menikah dengan orang kafir. Banyak orangtua yang akhirnya memutuskan hubungan darah. Tapi tidak sedikit juga yang akhirnya bersikap pasrah.

Maka dari itu, ada baiknya jika kita mampu menjaga perasaan teman kita saat kondisi anaknya berbeda dengan anak kita. Hiburlah dengan kalimat yang baik. Jangan justru dijatuhkan. Agar rasa sabarnya senantiasa dia lakoni dalam hidupnya. Karena ujian setiap orang itu tentulah berbeda.

Semoga kita sebagai orangtua, dimampukan Alloh mendidik anak dengan sebaik-baiknya dan semampu usaha kita. Serta selalu menyebut namanya dalam doa kita.

Eka Rosaria
Bekasi, maret 2018

Emak yang sama belajar dan tidak bosan mendoakan anaknya.

Ibroh

Bukan Aib

Beliau menegaskan ungkapannya, berkali-kali. Seolah khawatir jika pendengarnya tidak mengerti.

"perceraian bukanlah sebuah aib. Kalau memang pernikahan tidak membuat bahagia, untuk apa diteruskan. Tidak perlu merasa aneh melihat orang lain yang bercerai, karena toh ada contohnya dari Rosulullooh shollaalloohu alaihi wa sallam. Beliau pun pernah menceraikan istrinya."

Pernah heran saat melihat teman atau orang lain bercerai?
Saya pun begitu.

Terkadang ikut merasa sedih dan menyayangkan. Kenapa harus bercerai?  Apakah tidak bisa lagi diperbaiki?

Tapi kembali lagi. Bahwa garis taqdir setiap orang tidaklah sama. Sunnatulloh dalam kehidupan kita. Ada pernikahan, maka ada perceraian. Sebagaimana Alloh pergilirkan siang dan malam. Sedih dan bahagia. Semuanya sudah tercatat.

Pernikahan perlu landasan rasa bahagia saat menjalaninya. Juga faktor -faktor yang menyertainya sehingga tercipta harmoni antara suami istri.

Zaman Rosulullooh shollaalloohu alaihi wa sallam, pernikahan dan perceraian begitu mudah.

Sebagaimana ada seorang wanita yang datang kepada beliau mengadukan kondisinya. Dinikahkan bapaknya tanpa rasa cinta di hatinya. Kemudian minta izin agar bisa bercerai dari suaminya. Rosulullooh pun mengizinkan dan menyarankan mengembalikan mahar yang sudah diterimanya.

Berlalu masa. Begitu banyaknya permasalahan yang menyertai perjalanan rumahtangga seseorang, bahkan sampai pada hal-hal yang sifatnya menyakiti secara fisik dan psikis. Ada yang jadi korban kdrt, ada yang tidak dinafkahi dll. Maka jika berlarut tanpa perbaikan dan timbul madlorot lebih besar, maka jalan cerai boleh diambil.

Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah, saat kita menerima pengaduan suami atau istri, maka ambil kesaksian dari keduanya, bukan hanya sepihak. Agar bisa diambil keputusan yang adil. Karena masalah dalam rumahtangga pastinya ada andil keduanya.

Alloohu'alam bishshowaab.

Eka Rosaria

Ibroh

Teman tapi miris..  😀

Zamannya masih aktif bb, saya ada teman yang akhirnya saya buang. Ga ada kata dibuang sayang. Karena ditahan pun tidak menyenangkan.

Awalnya bertemu di satu pelatihan salon. Sempat pergi pulang bareng karena nebeng sama asisten sang mentor. Usianya jauh lebih tua dari saya dan orangnya juga modis.  Sampai akhirnya tukeran pin bb.

Sempat cerita saat di perjalanan. Tentang anaknya yang kondisi ekonominya sangat bagus, biasalah namanya ibu kan kadamg seneng aja menceritakan betapa anaknya sukses ini dan itu. Dan entah kenapa, saya termasuk yang paling males mendengarkan cerita model begitu. Maapkan. Nyimak orang yang senang menceritakan soal 'dunia' paling bikin males. Karena buat saya itu sangat ga penting.

Dia juga cerita kalau sempet ngelesin anak belajar piano dengan bayaran cukup lumayan.

Lanjut kadang nyapa di bb. Kemudian mulailah dia beraksi.

Pertama nawarkan barang yang aslinya saya sudah punya. Saya tolak dengan halus. Karena memang saya lagi ga butuh juga.

Selanjutnya ngajakin ke acara seminar soal travel haji dan umroh dengan tawaran ini dan ini yang dibuat semenarik mungkin. Dan ujung-ujungnya ngajakin umroh dan haji dengan cara kalau bisa bawa orang, akan begini dan begitu. Saya tolak juga.

Terakhir dia malah mau pinjam uang yang katanya akan dikembalikan beberapakali.

Agak aneh kadang. Baru juga kenal sehari lalu sibuk nawarin saya ini itu dan akhirnya malah pinjem uang.

Saya bilang, maapkan. Saya jadi ga respek.
Cerita tentang jalan-jalan naek pesawat ini itu dan punya anak sukses ini itu, lalu berakhir minjem duitnya ke orang yang baru sehari kenal. Kemana anak-anaknya?

Ini bukan masalah tolong menolong. Tapi ini tentang adab berteman. Dia sibuk melihat kira- kira keuntungan yang bisa diambil dari saya soal dunia. Lupa kalau saya sungguh ga nyaman berteman dengan yang model begitu.

Akhirnya saya buang dari list teman. Berteman itu nyari nyaman. Pake hati. Tidak untuk mencari keuntungan dunia. Kecuali yang memberikan keuntungan akhirat.

Bertemanlah dengan siapapun tanpa harus menceritakan kesuksesan kita, punya ini punya itu, jalan ke anu piknik ke anu. Karena semuanya ga penting. Apalagi jika teman kita kondisinya sebaliknya dari kita. Belajar menahan diri untuk tidak sibuk bangga dengan dunia yang kita punya. Karena ternyata mati pun tidak akan ditanya punya apa kecuali digunakan untuk apa.

Itulah teman tapi miris, alias ttm 😂

Eka Rosaria

Etika

Etika bertanya..

Seorang bapak mengajak ngobrol pak ustadz ketika mengikuti acara manasik haji dan umroh. Menceritakan kebahagiaannya karena tak lama lagi akan mengunjungi tanah suci untuk beribadah. Auranya sangat terlihat. Karena memang, bahagianya dimampukan haji atau umroh itu terasa beda dibandingkan ketika bisa jalan-jalan ke negara lain. Tak dapat digambarkan. Haru, nangis senang. Rela mengeluarkan berapa pun untuk bisa sampai kesana. Bahkan setelahnya pun ingin kesana lagi.  Gambaran rasa saat dimampukan menjalankan rukun Islam, itulah bedanya.

Pak ustadz dihadapannya ikut bahagia. Kemudian menimpali dengan pertanyaan,

"bapak ketika haji atau umroh tahun berapa? "

"o, belum pernah, pak ustadz." si bapak menjawab. Kemudian melanjutkan obrolannya.

Pak ustadz membahasnya,

"kalau kita menghadapi orang sedang bercerita bahagianya mau haji atau umroh, maka jangan pernah bertanya kepadanya dengan tanya seperti ini, "sudah haji atau belum?", karena bisa jadi malah akan membuatnya tidak nyaman. Maka bertanyalah dengan tahun berapa pernah berangkat umroh atau haji, karena dia akan semakin semangat dengan keberangkatannya."

Terkadang, tanpa sadar kita sering salah bertanya. Atau tepatnya kurang tau etika bertanya supaya membuat orang lain nyaman ketika menjawab. Hal ini barangkali sepele. Tapi inilah sebagian dari HABLUM MINANNAAS. Sehingga menjadi manusia yang nyaman ketika bergaul dengan manusia lain.

Sama saja ketika ada teman yang belanja satu barang dan di mata kita harganya kemahalan. Terkadang dengan spontan kita memotongnya dan bilang bahwa barang yang sama kita beli tapi lebih murah. Seharusnya, bikin dia nyaman. Katakan bahwa berapa pun harganya, yang penting kita punya uang untuk membelinya.

Yang sepele tapi kadang terlupakan.

Eka Rosaria

Ibroh

Jembatan

Bertemu dengan seorang teman lama, bahagia rasanya. Meski awalnya sempet bingung juga karena namanya bukan asli seperti dulu saat masih santri. Berpisah hampir 27 tahun karena dia keluar saat baru kelas 1. Ketemu lagi baru lewat medsos, belum pernah bertemu nyata. Tak apa. Akan ada waktunya bertemu dan semoga dipertemukan Alloh dalam kebaikan.

Saya masih ingat dengan tampilannya yang cuek, khas dirinya. Mudah tertawa dan periang, bahkan sering begitu lucu. Alhamdulillah, dia masih istiqomah dengan jilbabnya, masih menutup aurotnya dengan baik meski bukan jilbab lebar apalagi cadar, meski bukan gamis seperti saat kami santri dulu. Karena bagi saya, kebaikan seorang muslim tidak hanya dinilai dari lebarnya jilbab, asal dadanya tetap tertutup serta tidak berbaju ketat, Alhamdulillah. Di saat ada banyak santri yang akhirnya lepas jilbab dan bahkan berbaju minim.

Tapi bagi saya, temen tetaplah teman. Dulu dan sekarang. Jika pun ada yang berubah, semoga Alloh sapa kembali hatinya dengan hidayah.

Saya lupa entah bagaimana awalnya sampai akhirnya saya tahu kalo itu dia, teman nyantri dulu. Kemudian berlanjut dengan obrolan khas teman lama baru bertemu.

Dia bertanya, apakah ada teman kita yang yatim atau janda yang sekiranya memang perlu dibantu. Saya meng-iya-kan. Saya sampaikan datanya, dan saya mintakan langsung nomer rekeningnya ke yang bersangkutan, supaya uangnya dikirim langsung saja, tidak lewat saya.

Alhamdulillah, ini untuk kesekian kalinya dia titip pesan,

"Ka, tolong sampaikan, ini buat fulanah"

Lalu saya kirim ulang ke fulanah. Dan dia membalasnya dengan emot nangis haru. Seraya mendoakan dengan banyak doa kebaikan.

Dia titip pesan supaya fulanah jangan pernah tahu kalau teman saya ini yang mengirimkannya, jadinya setiap dia kirim uang, maka pasti disampaikan ke saya.

Terbayang oleh saya, bahagianya fulanah. Saat kematian suaminya sering membuatnya sedih, teruatama saat melihat anak-anaknya, tapi satu teman ikut membahagiakannya.

Alloh lah yang kuasa menggerakan hati teman saya untuk memberinya sedikit kebahagian itu. Dan bukti nyata bahwa setiap orang sudah pasti ada rezeqinya yang Alloh siapkan, lewat siapa pun.

Saya hanya jembatan. Semoga tetap memberikan manfaat dan pahala yang terus mengalir untuk teman saya, fulanah, saya, kami semuanya.

Bahagiakan anak yatim, karenanya akan menjadi tetangga dekat Rosulullooh nanti saat di surga. Rosulullooh mengatakan, "ana wa kaafilul yatim kahaataini" sambil memperlihat dua jari yang berdekatan. Duhai, dekat sekali.

Baarokalloh fii kum wa ahlii kum wa maali kum.

Alloohumma baarik li ummatii fii bukuurihaa. Doa Rosulullooh shollaalloohu alaihi wa sallam  untuk ummatnya yang berbuat baik di pagi hari.

Alloohumma a'thi munfiqon kholafan. Semoga Alloh memberikan ganti bagi orang yang berinfaq. Doa Malaikat bagi siapa yang berinfaq.

Jadilah jembatan kebaikan, semoga Alloh balas dengan berlipat keberkahan.

Alhamdulillah,
Cerita Eka Rosaria
Bekasi, april 2018

Iteung part 6

Iteung ke Jakarta (lagi) 😅

Pagi-pagi Iteung rada galau. Tersebab bingung di antara dua pilihan. Antara ngekorin si Bapak, atau nurutin maunya Sarah ke pameran buku. Ga sempet sholat istikhoroh, karena si Bapak sudah bilang,

"Ya udah mending sekalian jalan-jalan aja sanah!"

Baiklah. Itu artinya ga mau di ekorin. Padahal nih Iteung aslinya maless banget mau keluar rumah. Enakan tidur. Karena nyupir (nyuci piring) dah beres, nyetir juga(nyetrika). Bayangannya sih, ngelempingin badan karena dari kemaren udah kebanyakan ngukur jalan. Capek. Iteung ga biasa ngelempeng- ngelempingin alis, apalagi merah-merahin bibir.

Akhirnya galau berakhir. Cuslah kita ke pameran buku. Bukan mau borong seperti kata emaknya faiz, tetangga rumah. Cuma nyuci mata ajah. Lihat buku berserakan dan diskon bertebaran, cukuplah buat hiburan. Sekalian mau ketemuan ama mpok Dian, si Encih yang baru pindahan dari Balikpapan.

Kali ini kembali ketemu sama bis kota. Bis penuh drama pengamen jalanan yang ga abis-abis nyumbangin lagu sambil nyodorin kenclengan, entah kapan kelarnya karena gantian bolak-balik kayak setrikaan. Berakhir sudah kalau sudah di jalan tol. Alhamdulillah.. Ribet asli, nyanyi seikhlasnya. 😅

Dari rumah pake roda dua, nyambung pake roda enam atau delapan. Biar bisa tidur nyaman. Entah kenapa, Jakarta itu ramai, tapi panas dan bikin kepala sering keliyengan. Benarlah kalau safar itu separoh azab, sering nyiksa kalau sudah pusing kepala. Terpaksa Iteung bekel pil ATM alias antimo anti  mabok. Jangan ada yang ngetawain,ya. Biarlah begini, meski cuma Bekasi-Jakarta yang penting nyampe.

Meski males akhirnya tetep berangkat. Kadang mikir aja, biarlah Sarah seneng dan nyimpen kenangan kalau emaknya akhirnya mau nganter dia. Karena sejak dulu saya lebih anteng jahit daripada banyak keluar jalan-jalan. Saatnya emak-emak banyak pikenik biar awet muda, katanya 😳Padahal deuhh.. Kebayang banget siang-siang ada di rumah dan tidur lelap. Ga papah. Mari kita nikmatin ajah!

Pil atm mulai bekerja. Biarlah Iteung sejenak mengheningkan cipta.

Apapun kegiatan para emak hari ini, selamat menikmatinya. Semoga jadi kenangan indah buat keluarga. Capek hari ini, smoga jadi indah di hari depan.

Katanya kemaren hari Kartini, padahal kemaren hari sabtu 😉

April 2018

Iteung part 5

Iteung (lagi)

Bis masih kosong song saat Iteung naik masuk kedalamnya. Alhamdulillah, bisa duduk paling depan kiri, persis dibelakang kursi kondektur yang cuma seuprit. Lumayan, selain cepat sampainya kalau duduk paling depan, juga ngurangi rasa mual muntah yang sering melanda. Jalan selatan memang banyak bulak beloknya, lika likunya, persis sama lika liku laki-laki yang tak laku-laku karena luka-luka. Sama jalanan yang nanjak turun persis ciluuukk baaa. 

Pil ATM _aku tidak muntah_ alias antimo sudah siap sedia. Obat penolong saat perjalan jauh seperti ini sangat membantu. Selain ga mual muntah, juga bisa tidur lebih nyenyak.

Waktunya berangkat. Bis melaju perlahan. Dan Iteung mulai ngantuk. Mulailah nyari posisi paling enak. Sebenernya sambil buka pesbuk sama ig. Lumayan dapet hiburan, apalagi kalau pas baca komeng lucu. Karena sungguh, pemirsahh... Komen itu lebih menarik daripada statusnya. Segala berita tanah air wara wiri di beranda. Apalagi kalau bukan soal komeng menteri zaman now yang gemesiin rakyatnya. Belum lagi gosip pelakor yang masih anget aja kayak open lagi nyala. Dan banyak lagi berita yang mengiris hati. Kalau ga bisa jaga iman, susah rasanya jaga kewarasan di zaman ini. Zaman penuh fitnah dan penipuan.  Kudu banyak-banyak istighfar.

Ga lama pak supir mulai kotrak kotrek, ternyata mau nyalain musik. Duh, Ya Robb, lindungi kuping Iteung. Karena ternyata, saat musik itu nyala, suara gubuk deritanya Megy Zet mulai terdengar. Alahay, disusul sama Mansyur S yang isi baitnya ga jauh dari penderitaan cinta. Duh, penderitaan rakyat aja masih belum tahu kapan kelarnya, ini lagi ditambah lagu cengeng. Tahu ga, pemirsahh, tarif tol Cikarang Cileunyi naek, lho...berapa? 61rb. Padahal belum lama tarifnya ga sampai segitu. Ahay, diam-diam menghanyutkan, ya. Belum lagi macet luar biasa karena pembangunan jalan yang bekum juga kelar. Kepala Iteung mulai reaksi. Ah, mendingan cepet tidur sebelum ada mual datang. Tutup muka pake sapu tangan lanjut Bismika. Tiduurr.

Kebangun lagi itu lagu udah ganti lagi jadi Doel Sumbang sama Nini karlina. Alah Iteung jadi apal, ya. Maklum, dulu mau jadi gantinya Evie Tamala tapi ga jadi. 😅 Ternyata lagunya masih terus lanjut, ganti lagu cengeng zaman Iteung kecil dulu, entah siapa. Ya Robb, cepet sampeee..

O iya, tadi pas istirahat sholat. Hape seorang ibu mendadak bunyi. Lagunya indihe, pemirsahh... Hom tere bin abrehenehisakte tere bina kawajude meeraa... 😳Alhamdulillah Iteung dah selesai sholatnya pas hapenya bunyi gitu, tinggallah si ibu yang punya hape sama anak lelakinya yang akhirnya angkat tuh hape. Syukur deh tuh lagu ga kepanjangan bunyinya. Bisa repot kalau sepanjang sholat tuh lagu terus bunyi. Lain kali hapenya di silient gitu, ya. Biar sholatnya ga keganggu. Alhamdulillah kagak ada yang bunyi hapenya jaran goyang. Duhh.. 😂

Tapi meski macet dan segala ketidaknyamanan perjalanan ini, alhamdulillah tugas sebagai anak yang berusaha birrul walidaini tertunaikan. Walaupun belum bisa membahagiakan secara materi berkelimpahan, cukuplah sebulan sekali melihat mereka baik-baik saja. Setiap anak punya cara tersendiri untuk membuat orangtuanya senang, meski pastinya tak dapat membalas kebaikan mereka dengan materi sebanyak apapun.

Semoga yang masih ada orangtuanya, tetap  membahagiakan mereka sesuai dengan  kondisinya. Selalu mendoakan agar Alloh berikan kesehatan dan berkah melimpah.

Iteung masih di perjalanan. Semoga lancar dan tetap sehat.

Udara dingin mulai terasa. Langit tol Karawang Cikarang mulai gelap. Dan lagu cengeng itu masih saja mengalun. Ah, lupakan..supir bis mah bebaaasss 😂