Selasa, 27 November 2018

Jangan memalukan

Antara kelihatan lucu tapi terkadang jadi kasihan itu kalau pas ketemu orang yang lagi sibuk mau selfi. Bahkan saat dia yang sibuk begaya sampai totalitas, saya yang malu melihatnya. Maapkan saya.

Ada kurang lebih tiga kali yang saya ingat melihat orang lagi sibuk selfi. Adalah seorang anak gadis yang sedang jajan es buah dengan keluarganya. Saya pun sedang ada di situ. Mau ga mau jadi terlihat. Si gadis pegang hape sembari wajahnya diatur sedemikian rupa agar terlihat cantik dan sempurna. Hanya, kasihan itu saat mau ambil satu poto saja, ekspresi wajahnya berulangkali dirubah. Senyum kiri, senyum kanan. Miring kiri, miring kanan. Wes pokoknya lumayan lama. Saya jadi geli sendiri melihatnya. Ditambah mulutnya yang juga ikutan dibikin miring sana miring sini.

Yang ke dua tidak jauh berbeda. Hampir sama. Kalau bukan hape-nya yang dimiring-miringkan, maka wajahnyalah yang dimiringkan. Pasang senyum paling cakep, lalu raut mukanya biasa lagi. Senyum lagi, biasa lagi. Alahay, saya yang lihat jadi ikut capek. Ga dilihat tapi memang kelihatan. Maapkan kalau saya tega.

Paling miris waktu saya jalan-jalan. Ada seorang ibu sedang sendirian duduk persis di depan satu toko. Saya pikir dia sedang menunggu seseorang. Tapi sejurus kemudian terlihat kalau ternyata dia sedang selfi. Gayanya sungguh totalitas. Bener-bener usaha yang yang perlu dihargai. Senyum sebentar, lalu cekrek. Miring sebentar, cekrek lagi. Senyum lagi, miring lagi, cekrek lagi. Belum lagi kakinya yang ikut-ikutan bergerak dan begaya menyesuaikan dengan bahunya yang miring sana miring sini. Tapi asli saya miris melihatnya. Seorang ibu berjilbab begitu sibuknya selfi tanpa melihat situasi dan kondisi. Di depan sebuah toko, duduk lesehan di pinggirannya. Entah apa persepsi orang yang melihatnya pas lewat toko itu.

Demi terlihat sempurna di poto, terkadang seseorang harus membuang rasa malunya. Tak lagi mengindahkan satu prinsip yang bagi sebagian orang tetap dipegang erat.

Lebih lagi jika yang sibuk selfi itu laki-laki dengan gaya yang sama dengan wanita. Senyum, miringkan wajah ke kiri ke kanan, lalu cekrek. Entah, saya langsung ilfil aja melihatnya.

Jangan termakan rayuan

Baca postingannya Dila yang cerita soal sales asuransi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa tahun lalu.

Saat itu di bank xxxx, saya datang mau tutup akun. Sambil menunggu panggilan, saya duduk bersebelahan dengan seorang ibu. Kalau tidak salah beliaunya seorang guru di sekolah it. Awalnya kita diam saja lalu kemudian dia bertanya soal kenapa saya tutup akun. Lama-lama dia makin ramah saja ngajak ngobrolnya. Dan sampailah pada pertanyaan apakah saya sudah punya asuransi atau belum. Saya jawablah, belum. Saya tidak ingin. Tetiba dia lancar sekali menawarkan asuransi dengan bicara yang memang kelihatan pintar yang saya tanggapi biasa saja. Maapkan, bu. Saya memang tidak pernah tertarik. Sampai kemudian obrolan pun tidak sesemangat diawal. Urusan tutup akun selesai, dan saya segera pulang. Tidak ingin ngobrol lebih lama.

Satu kejadian lagi saat saya bukan akun di bank xxx karena satu keperluan. Oleh petugas bank saya disarankan ke meja seorang wanita yang ramahnya tingkat internasional. Ramah sekali. Nada bicara halus. Kelihatan pintar. Dia menguruskan buku tabungan saya dengan cepat dan begitu penuh senyuman. Sampai kemudian dia menawarkan asuransi bank tersebut. Saya menolaknya secara halus. Dia terus saja mengejar, masih dengan keramahannya. Saya tolak lagi. Dia ngejar lagi. Terjadi berulang kali dan saya tolak juga sebanyak itu. Sampai akhirnya saya yang ambil keputusan segera pergi dari mejanya meskipun si wanita petugas bank itu sepertinya masih ingin terus bicara. Maapkan, mbak. Saya sangat tidak ingin ikut apa yang mbak tawarkan.

Harus saya akui tingkat pintarnya bicara dan keramahannya saat menawarkan dagangannya. Dan saya bertahan tidak ingin masuk ke dalamnya. Saya lebih memilih cara lain untuk mengatasi masalah yang menurutnya bisa diatasi dengan dagangannya. Masalah yang sesungguhnya sudah ada tuntunannya dari Alloh dan Rosul-Nya dalam penyelesaiannya.

Maapkan saya yang memang tidak ingin memahami apa yang mereka tawarkan. Ikhtiar itu pastilah saya lakukan. Bagi saya simpel saja. Tidak ikut itu lebih menenangkan.

Sudah kentut hari ini?

Sudahkah kentut hari ini?

Sungguh, maha Adil Alloh atas apa yang sudah diciptakan-Nya tidak ada yang sia-sia. Semuanya punya manfaat.

Termasuk juga soal kentut. Meski sebagian orang merasa tabu membahasnya, tapi bagi saya ini hal penting dibahas. Tapi saya tidak membahasnya dari sisi ilmiahnya. Karena saya bukan ahlinya.

Yang mau saya bahas adalah, betapa wajibnya kita bersyukur atas semua nikmat Alloh, termasuk soal kentut. Karena betapa menderitanya saat seseorang mengalami susah kentut atau tidak bisa kentut.

Dulu, sodara saya sempat menjalani operasi usus buntu di sebuah rumah sakit. Setelahnya dokter menyarankan tidak boleh minum kecuali setelah kentut. Hal yang terjadi kemudian adalah sodara saya tidak bisa kentut dalam jangka waktu lama, sementara haus sudah melanda. Setelah melebihi waktu yang ditentukan, akhirnya dokter mengambil keputusan dengan memberinya obat supaya bisa kentut. Obat yang harus ditebusnya dengan harga mahal, saat itu. Saat sebelum reformasi. Dimana harga uang seratus ribu bisa sebanding dengan satu juta saat sekarang.

Setelah minum obatnya, sodara saya dan yang menunggunya dilanda cemas, deg-degan. Maklumlah. Karena kalau sampai tidak reaksi, bisa bahaya. Sampai kemudian terdengar suara kentut dari sodara saya. Dan kalimat pertama yang terucap adalah Alhamdulilaah. Semuanya bersyukur. Semuanya bahagia. Itu artinya kesehatannya pulih lagi dan bisa minum seperti biasanya.

Setelahnya jadi bahan renungan buat kita. Betapa kentut yang Alloh ciptakan untuk manusia itu tidak sia-sia.

Bayangkan jika kita masuk angin, kentut belum keluar, itu perut rasanya bisa begah, sebah, sakit dan segudang rasa tidak nyaman lainnya. Dan itu sungguh menyiksa. Lebih sakit daripada ditinggal mantan kawinan.

Maka, betapa wajibnya kita mensyukuri setiap nikmat yang Alloh berikan. Nikmat masih hidup dan tetap muslim. Nikmat bisa mengedipkan mata. Nikmat menggerakan jari tangan. Dan nikmat lainnya yang tidak pernah bisa kita hitung saking banyaknya. Termasuk nikmatnya bisa kentut.

Maka, ucapan apakah yang pantas saat kita kentut ? Saya melazimkan ucapan, Alhamdulillah. Sebagai kalimat syukur kepada Alloh.

Nah, bagi para emak yang punya bayi dan keluar bunyi kentut, jangan ditertawakan, ya. Ucapkan Alhamdulillah.

==

Jangan lupa dzikir pagi, kalimat ungkapan syukur kita kepada Alloh.
Shobaahul khoiir.

Suami harapan

SUAMI HARAPAN ISTRI

"Mi, sering aja ngadain dauroh suami istri, biar makin ada perubahan baik yang dirasakan kita-kita".

Eh, ternyata mereka merasakan perubahan yang positif setelah ikut dauroh suami istri Ustadz Tri Asmoro. Lalu saya tanya mereka satu-satu.

"Alhamdulillah, Mi. Habis kajian itu suami langsung ngajak saya jalan-jalan. Meskipun aslinya sih emang udah janji dari lama kalau mau ajak saya jalan-jalan". Wajahnya memancarkan raut bahagia.

Ustadz bilang, suami itu harus faham kalau istri itu jenuh juga kalau terus-terusan di rumah tanpa refreshing. Maka perlu lah ajak istri jalan keluar, ga perlu jauh dan mewah. Wong istri itu diajak piknik sederhana aja sudah seneng.

"Alhamdulillah, Mi. Sekarang masakan saya di rumah selalu dihabiskan. Apa aja. Saya juga jadi agak heran. Kok ya beda gitu".

Ustadz bilang, kalau istri sudah masak itu mbok ya dihargai. Dimakan. Dihabiskan. Itu istri jadi seneng. Jangan biasakan makan di luar, nanti masakan istri ga ada yang makan. Sudah masak capek, malah ga dimakan, kan yo kasian.

"Alhamdulillah, Mi. Itu suami temenku langsung mau mandikan anak kembarnya".

Ustadz bilang, sekali-kali suami bantu ngurusi anak. Walaupun capek pulang kerja, tetap ada perhatiannya bantu istri. Sederhana saja tetep istri seneng kalau dibantu.

Ternyata, sesederhana itu kebahagiaan para istri. Sesuatu yang barangkali luput dari perhatian suami. Nyatanya menyenangkan bagi istri.

Saya cuma senyum saja lah nanggepinnya. Alhamdulillah kalau ada perubahan yang ternyata begitu membahagiakan. Asal jangan lupa untuk selalu berusaha membahagiakan suami. Jangan hanya menuntut dari suami. Tapi harus ada timbal baliknya. Memberikan pelayanan yang membuat suami tenang dan senang.

Intinya, jangan menuntut kesempurnaan dari pasangan. Karena kekurangan kita bisa jadi lebih banyak. Dan bersyukur bahwa Alloh kirimkan seseorang yang ternyata sanggup menerima kekurangan kita.

Suami punya tugasnya sendiri, begitu juga istri. Kalau masing-masing pasangan melaksanakan tugasnya dengan baik, semoga keberkahan itu akan turun.

Eka Rosaria

😍😍

Ikhtiar

IKHTIYAR ITU WAJIB

Bertahun lalu, di pagi itu. Seorang ibu terlihat membonceng anak gadis kecilnya. Tangan mungilnya memegang erat pinggang ibunya. Yang terus menggowes sepedanya.  Berbalut seragam merah putih dengan lengan baju dan roknya yang panjang, juga berjilbab. Terlihat begitu cantik.

Saya akhirnya faham. Ibu bapaknya sebenarnya bukan tak ingin memasukkan anaknya ke sekolah berbasis Islam yang saat itu sedang mulai menggeliat muncul. SDIT. Sekolah Dasar Islam Terpadu. Sekolah dengan biaya yang jauh lebih mahal dari sekolah negeri. Dengan seragam yang lebih banyak dan juga mahal. Dengan waktu yang lebih panjang.

Mereka sangat ingin. Bukan tak ingin. Tapi saat itu terkendala biaya. Tidak ingin memaksakan diri yang akhirnya belum tentu terkejar dengan gaji suami yang seorang karyawan pabrik biasa dan seorang ibu yang berkarir di rumah, ibu rumah tangga. Maka, pilihan akhirnya adalah memasukkannya ke sekolah negeri. Dengan tetap memasukkan anaknya ke sekolah sore. Sekolah husus pelajaran agama. Ngaji.

Pilihan itu tak lantas menuai simpati karena jelas ketidakberdayaannya atas biaya yang baginya sangat besar.  Justru sebagian menjadi sedikit sinis dengan melempar tanya, "kenapa tidak disekolahkan di sdit saja. Kan lebih jelas pendidikan agamanya. Aqidah dan ibadahnya terjaga?"

Pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Menurut saya. Karena jika saja si penanya mau sedikit bertanya, maka dia pun akan faham.

Soal uang, tidak akan merasakan sulitnya kekurangan, kecuali yang mengalaminya. Maka, memilih diam dan mendoakan atau bertanya lalu memahami itu jauh lebih bagus. Daripada mencibir saja.

Hari ini. Apa yang diusahakan orangtuanya menuai hasil. Selepas sekolah di SD negeri, anaknya ia masukkan ke pesantren dengan biaya terjangkau, sesuai dengan kondisi keuangannya. Mereka tidak lantas lepas tangan begitu saja dalam mendidik anaknya.  Tetap mengusahakan yang terbaik. Mereka juga semakin rajin belajar agama, tidak hanya anaknya saja. Di sinilah sesungguhnya peran orangtua, sudah seharusnya belajar lebih giat soal agama daripada anaknya. Tidak lain adalah sebagai ikhtiar dalam rangka menginginkan anak yang sholeh agama dan akhlaknya.

Anaknya kini sudah jadi gadis dewasa. Sudah lulus kuliah. Bahkan bertitel Lc.

Saya yakin, kebanggaan sudah pasti menjadi milik orangtuanya.

Anak gadis kecil yang dulu sekolah di negeri itu hari ini menyandang gelar Lc. Lulusan Syariah dari sebuah universitas terkenal.

Maka, kita, orangtua. Jangan pernah lelah dan menyerah mendidik anak. Tidak wajib sekolah di SDIT jika memang uang kita tidak cukup. Yang wajib adalah mendidiknya terus menerus di rumah dengan segudang pelajaran agama. Karena sholeh dan tidak sholeh itu tidak mutlak hasil didikan di sdit atau sd negeri, karena peran kita sebagai orangtua, itu jauh lebih penting.

Hidup memang pilihan. Asalkan tidak menyusahkan dan menjadi beban orang lain, bagi saya itu adalah pilihan. Poinnya adalah, pertama,  pandailah mengukur kemampuan diri saat mengambil keputusan menyekolahkan anak. Ke dua, orangtua wajib mengawal pendidikan anak, tidak lepas tangan begitu saja.

Yang sekolah di SDIT, Alhamdulillah. Yang sekolah di SD negeri, Alhamdulillah.  Tetap semangat mendidik anak-anak dengan ilmu yang bermanfaat, hususnya untuk akhirat.

Eka Rosaria

Selasa, 06 November 2018

Hati-hati!

Ada banyak perempuan menulis dan berpendapat bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam itu poligami dengan 'para janda sudah tua'  dan 'para janda miskin'.

Pertama, istighfarlah!
Karena tuduhan itu salah besar. Dosa? Banget!

Ummahatul mukiminin itu semuanya wanita terhormat. Mereka wanita mulia dari keturunan terhormat. Bukan tua dan miskin.

Sekali lagi, istighfarlah!
Mau nulis poligaminya Nabi? Bacalah siroh ummahatul mukminin, supaya kita tahu bahwa mereka bukan seperti yang banyak ditulis dan dipikirkan para wanita yang sembarangan menulis dan mengatakan mereka adalah janda tua dan miskin.

Nastaghfirullooh

Sikap adil

Tidak ada manusia yang sempurna dalam amalannya. Selalu ada yang namanya kelebihan dan kekurangan. Dua hal yang jadi sunnatullooh.

Pun dalam kehidupan kita, ada begitu banyak orang yang nampak sempurna dalam satu hal, tapi kurang dalam hal lain. Begitulah manusia. Maka muaranya adalah, selalu memandang orang lain dengan sikap adil.

Seperti pada satu hari di dalam mobil yang membawa saya arah pulang. Saya terlibat obrolan dengan seorang teman. Dia menceritakan seseorang yang secara dzohir pakaiannya kadang syar'i, kadang tidak. Kemudian menceritakan bagaimana kiprahnya dalam dunia dakwah. Memanglah bukan seorang ustadzah atau penceramah. Tapi seseorang dengan jiwa sosial tinggi dan kemudian dimampukan oleh Alloh menggerakkan hati banyak orang, hususnya kaum kaya untuk berinfaq dan memberikan kontribusi bagi kemaslahatan kaum Muslimin, hususnya. Dan bagi manusia lain pada umumnya. Luar biasa. Saya sendiri benar-benar dibuat kagum. Maa syaa Alloh. Dan sejujurnya, saya iri dengannya dalam hal ini. Entah sudah melangkah kemana saja kakinya dalam rangka membantu kaum muslimin di belahan bumi Indonesia ini. Dan sungguh, kelak, kakinya akan bersaksi baginya di hadapan Alloh.

Bagi yang memandangnya dari sisi pakaian yang wajib syar'i, maka dia jelas sekali punya kekurangan di situ. Tapi jika kita mau bersikap adil, kita akan memandangnya dengan sikap memaklumi. Kenapa? Karena kekurangan itu pun pasti kita miliki atau bisa jadi kekurangan kita lebih banyak darinya.

Ada orang sempurna dalam hal pakaiannya tapi tidak sempurna dalam kontribusinya dalam dunia dakwah. Ada orang yang pakaiannya tidak sesempurna seharusnya, tapi punya kontribusi besar di dunia dakwah. Semuanya saling mendukung. Karena terpenting adalah, kita harus menjadikan diri kita punya manfaat, baik untuk orang lain maupun untuk dakwah.

Dan kita, tidak pernah tahu bagaimana akhir kehidupan kita nanti. Sementara dia sibuk beramal dan menyebar manfaat, meski tidak selalu sempurna dalam pandangan manusia.

Dan sebaik-baik manusia adalah yang selalu menghitung kekurangannya sendiri serta sibuk mengumpulkan saksi-saksi yang akan memberinya syafaat di hari penghisaban.

Satu hal, ada begitu banyak orang-oramg yang punya kontribusi besar dalam dunia dakwah dan kemanfaatannya untuk orang lain, meskipun luput dari pandangan manusia.

Dan kita, sudah seharusnya saling mendoakan, semoga kelak akan bertemu di surga.

Untukmu

WAJAR SAJA

Ikhwan jomblowan...
Akhwat jomblowati...
Dan suami yang mau nikah lagi,

Menikahlah dengan ridlo Alloh dan restu orangtua. Karena itu sangat penting. Tersebab  kebahagiaan itu sangat sulit didapatkan tanpa ridlo Alloh dan keduanya.

Ridlo Alloh bisa didapat dengan cara melewati jalan menuju pernikahan itu dengan cara yang baik dan benar. Bukan diawali dengan maksiyat.

Jika dulu maksiyat biasanya dengan bertemu langsung secara fisik, maka hari ini cukup dengan dua jempol yang asik chatingan sampai tidak kenal waktu. Tidak peduli dengan perasaan istri bagi yang sudah beristri. Dan mengabaikan aturan yang sejatinya sendirinya pun sudah memahaminya.

Menikahlah dengan cara elegan, bukan semi pacaran. Karena bisikan syetan selalu sulit dikalahkan, meski dibungkus dengan kalimat ta'arufan.

Ta'aruf seharusnya bukan asik chatingan berdua, bukan asik ngobrol berdua. Karena mengenal calonmu itu tidak perlu berjalan sendirian. Ada orang lain yang bisa dipercaya menjadi perantara.

Apalagi jika hari-harimu selalu membayangkan si akhwat yang engkau impikan dan harapkan. padahal ada perasaan istri yang harus dijaga. Andai istrimu tahu bahwa hatimu dan harimu selalu terpaut pada akhwat dambaanmu sampai melupakan adab dan syariat yang harus dilalui, alangkah kasihannya istrimu.

Menikah lagi adalah boleh. Tidak satu orang pun berhak melarang seorang suami menikah lagi jika memang jelas punya ilmu dan kemampuan.  Tapi satu hal, jangan engkau awali dengan maksiyat, seremeh apapun menurutmu! Karena maksiyat itu akan membawamu pada satu masalah, yaitu perasaan 'kecewa '. Kenapa? Karena dosa itu akan menyebabkan musibah. Musibah bagi amalmu, dan juga bagi hatimu.

Maka menikahlah dengan cara yang benar. Ambil pihak ketiga sebagai perantara. Agar hati bisa tetap terjaga. Jangan anggap remeh hal ini jika tak ingin ada masalah di kemudian hari.

Dalam kisah orang-orang sholeh diceritakan bahwa ada seorang sholeh yang selalu tersadar saat ada masalah dalam hidupnya. Entah kendaraannya yang mogok atau istrinya yang rewel, atau hal lain yang membuatnya bersusah hati. Maka, pertamakali yang dia ingat adalah, 'maksiyat apa yang sudah aku lakukan sehingga Alloh menurunkan hal yang membuatku menjadi susah?'.

Begitulah seharusnya kita. Selalu menjaga hal yang dapat merusak hati dan hari kita dari datangnya keberkahan,  sekecil dan seremeh apapun anggapan kita. Karena tetap saja mengundang bala'.

Saya pun menyadari sepenuhnya tentang hal ini. Apa yang saya rasakan dalam rumahtangga, gesekan, benturan dan hal yang menyakitkan dari pasangan, sepenuhnya saya sadari, inilah akibat dari maksiyat yang saya lakukan. Semoga menjadi pelajaran dan renungan bahwa sakinah mawaddah rohmah itu didapat dari amal sholeh, bukan dari maksiyat.

Maka, wahai yang merasa gagal mendapatkan tambatan hati...
Sadarilah sejak saat ini! Bahwa kegagalan yang engkau alami hingga membuat malu dan sakit hati, tak lain dan tak bukan karena maksiyatmu kepada Alloh. Engkau tidak melewatinya dengan cara yang baik benar. Sehingga Alloh timpakan rasa itu dalam hatimu.

Maka wajarlah...
Karena keberkahan tidak akan didapatkan kecuali dengan cara yang baik dan benar.

Jika ini nasehat, maka tentu lebih pas untuk si penulisnya.

Eka Rosaria

Wajarkah?

WAJARKAH?

Wahai Suami...

Akhirnya Fulanah memilih bercerai daripada harus dipoligami. Dia merasa tidak rela dan sakit hati. Ajakan suaminya agar tetap menjadi istrinya tak lagi digubris. Seolah hatinya sudah mati. Lebih memilih pergi daripada bertahan. Merelakan sebagian sisa bahagianya hilang dari hidupnya.

Lengkap sudah kesedihannya. Belum lagi Alloh berikan keturunan dalam rumahtangganya, kemudian suaminya memilih membagi cintanya dengan wanita lain.

Sejujurnya, saya percaya dengan banyak wanita yang hatinya masih bisa dilembutkan dan tetap menerima taqdir poligami dalam kehidupan rumahtangganya. Meskipun harus dilalui dengan rasa sakit dan linangan air mata yang belum tentu habis dalam semalam. Mereka perlahan dan pasti akan menerima taqdirnya seiring perlakuan suami yang tetep baik padanya.

Dan saya sudah banyak menyaksikannya. Mereka pada akhirnya pasrah. Sambil terus berusaha melewatinya dengan sikap terus memperbaiki diri.

Tapi kisah Fulanah pada akhirnya bisa saya mengerti dan fahami. Apa yang menimpanya dan apa yang dia lakukan terkadang bisa dianggap wajar.

Si suami menikah lagi teriring rasa hati ingin punya keturunan. Dan memang ini dibolehkan. Tapi dia menyesalkan sikap suaminya yang mendekati wanita lain yang ternyata masih bersuami sampai akhirnya bercerai dari suaminya dan akhirnya dinikahinya.

Inilah hal yang tidak bisa diterimanya. Bukan poligaminya. Sampai akhirnya memilih jalan berpisah daripada terus bersama.

Suami,
Poligami bagimu itu boleh. Bahkan dalam kondisi tertentu bisa jadi wajib hukumnya. Tapi jika mengawalinya dengan kemaksiyatan, lalu di mana dicarinya keberkahan?

Bagi seorang istri,
Sesungguhnya tidak mudah memutuskan begitu saja berpisah dari suaminya. Karena haram bagi seorang istri meminta cerai tanpa alasan yang jelas menurut syariat. Tapi hidup bagi siapapun adalah pilihan. Memilih berpisah atau bertahan, hanya yang mengalaminya yang bisa merasakan.

Saya tak ingin menyalahkan istrinya yang minta diceraikan. Pun dengan mantan suaminya yang berpoligami.

Tapi satu hal,
Hendaknya diawali dengan baik dan benar. Bukan dengan dosa dan maksiyat. Karena memisahkan pasangan adalah dosa takhbib.

Semoga Alloh memberikan jodoh kembali untuk Fulanah. Menjadi bahan introspeksi agar tetap mampu menerima setiap taqdir dengan hati lapang.  Memberinya jodoh yang baik menurut Alloh.

Dan semoga Alloh ampuni mantan suaminya,  bertobat dan memperbaiki diri, memberikan kebahagiaan bagi keluarga baru dan anak-anaknya.

Karena sesungguhnya setiap masalah dan musibah yang menimpa, tidak lain karena dosa yang dilakukan.

Dan sesungguhnya masalah dalam rumahtangga ada andil suami istri, bukan hanya sepihak. Maka, introspeksi itu layaklah menjadi keharusan bagi mereka, suami istri.

Semoga Alloh menjaga hati-hati kita dari maksiyat dan dosa. Memberikan keberkahan dalam tiap rumahtangga kita.

Tentang curhat

INGATLAH MEREKA

Setiap habis nulis, seringnya kemudian ada yang curhat atau berbagi cerita. Saya senang-senang saja. Membiarkan mereka bercerita mengungkapkan uneg-uneg di hatinya. Perempuan memang seperti itu, butuh teman cerita. Berbeda dengan laki-laki.

Biasanya seputar masalah rumahtangga. Entah yang suaminya senang chatting dengan wanita lain di inbox atau wa. Atau suaminya beberapakali selingkuh. Ada yang suaminya poligami. Ada yang suaminya senang reunian kemudian ada perempuan lain yang tiba-tiba mendekatinya. Ada yang merasa suaminya tidak adil, dll. Masalah yang jika hal itu menimpa kita sendiri, saya pun yakin kalau kita akan tetap merasa sedih, bahkan galau.

Maka, mendengarkan adalah hal terbaik yang saya lakukan. Membiarkan mereka mengeluarkan semuanya. Sedihnya, susahnya, galaunya. Biarkan saja!

Setelahnya saya akan menjawab dan menuliskan, dalam Islam ada yang namanya rukun Iman. Dan rukun iman terakhir adalah beriman kepada taqdir, baik dan buruknya. Dengan mengimaninya secara penuh dan totalitas, maka kita akan sampai pada satu pemahaman bahwa 'taqdir apapun yang Alloh berikan adalah terbaik'. Menerima itu melapangkan dan memudahkan. Karena hidup intinya adalah menerima. Penerimaan yang baik akan semua ketetapan Alloh.

Maka, doa terbaik adalah meminta kepada Alloh agar dilapangkan hati kita menerima semua taqdir-Nya. Dikuatkan melewati semuanya.

Dan selalu mengingat hal penting, yaitu...
Betapa penderitaan para wanita di luar sana, di negeri yang sedang dijajah kaum kuffar, mereka para wanitanya sungguh dalam kondisi yang tidak lebih baik dari kita. Bahkan lebih buruk perlakuan yang mereka terima. Bisa kita saksikan di layar dan kita baca bagaimana menderitanya mereka. Apalagi jika mereka para wanita itu hidup di dalam penjara kaum kuffar, nauudzubillah. Mengerikan sekali. Dan di sini kita hanya bisa mendoakan dari jauh, tanpa bisa membantu lebih banyak.

Maka, ingatlah mereka dan bercerminlah dari mereka. Belajarlah kuat dari mereka. Karena mereka hanya percaya bahwa ada Alloh yang selalu membantunya.

Untuk para wanita dengan segala permasalahan yang sedang menimpa, bersabarlah! Sebagaimana sabarnya Hajar ibunda Ismail 'alaihissalam yang diasingkan  oleh suaminya, Ibrohim 'alaihissalam ke satu negeri tandus tiada berpenghuni dan tanpa bekal cukup. Tapi Hajar yakin dan percaya kepada Alloh bahwa jika perlakuan Ibrohim 'alaihissalam adalah atas perintah Alloh dan Alloh tidak mungkin membiarkannya dalam kesulitan.

Yang menulis tidaklah lebih baik dari yang bertanya dan membaca.

Eka Rosaria

Selasa, 09 Oktober 2018

Membangun peradaban

Membangun peradaban?

Siang di satu perjalanan ke kota Bekasi. Laju motor saya pelankan sedikit saat samar ada suara yang terdengar dari motor di sebalah. Volumenya terdengar timbul tenggelam tertelan suara hiruk pikuk kendaraan lain.

Saya menengok ke kanan, terlihat seorang ibu dan anak balitanya. Sepertinya habis pulang mengaji. Kemudian terdengar jelas si anak melafalkan,

"Tabbat yadaa abii lahabiwwatab.... "

Saya perhatikan lagi suaranya, ternyata si balita tengah mengulang hafalan surat pendek juz 30. Sesekali terdengar suara ibunya yang juga membaca sekaligus menuntunnya. Maa syaa Alloh. Sampai akhirnya suaranya tak lagi terdengar, juga hilang dari pandangan saya.

Saya ingat masa kecil dulu. Entah di masjid atau di rumah. Saat itu listrik belum lagi masuk kampung. Otomatis hanya mengandalkan lampu teplok atau petromak, atau lampu oncor yang dibuat dari kaleng bekas susu kental. Ibu Bapak saya tetap  semangat mengajari saya dan adek baca qur'an.

Saya masih ingat, lepas maghrib adalah jadwalnya belajar baca qur'an. Gurunya adalah ibu saya sendiri. Meski hanya dengan penerang seadanya, saya dan adek tetap semangat belajar. Mengeja huruf demi huruf sampai akhirnya lancar baca qur'an.

Maka hari ini, di saat segala fasilitas terasa nyaman, sudah seharusnya lebih semangat belajarnya.

Zaman kecil dulu, lepas maghrib itu hukumnya wajib ngaji di rumah, tidak boleh keluar sampai lepas isya. Boleh main kalau sudah beres ngaji. Karena zaman kecil dulu,  lumrah main depan rumah lepas isya sekalian menikmati bulan purnama dan mengejar kunang-kunang. Kelak, seperti ini akan selalu kenangan, entah belajar ngajinya, atau menikmati purnama dan kunang-kunangnya. 

Zaman itu saya belum masuk sekolah dasar. Tapi di kampung saya, usia sudah lancar bicara lalu belum bisa ngaji, itu rasanya malu. Karena teman saya lainnya meskipun belum masuk sd, tapi baca qur'annya sudah bagus dan lancar. Jadi, seperti ada tambahan semangat juga untuk makin giat belajar ngaji.

Lain itu, apa yang kita pelajari waktu kecil, akan membekas saat besar. Akan terus teringat. Karena belajar sejak kecil itu bagaikan mengukir di atas batu. Batu bulat jika terlalu lama ditetesi air, akan nampak bekasnya. Beda kalau belajar sudah besar, sering banyak lupanya. Seperti mengukir di daun talas.

Masa kecil yang diisi dengan belajar dien, adalah di antara cara kita membangun peradaban Islam. Karena terbentuknya kejayaan Islam itu dibangun dari lingkup paling kecil dulu, yaitu keluarga.

Keluarga yang senantiasa mendidik anak-anaknya sejak kecil mempelajari dien Islam, belajar baca qur'an dan ilmu lainnya, akan membentuk karakter generasi yang militan. Seorang suami harus mampu menjadi qowwam bagi istrinya. Seorang ibu harus mampu menjadi madrasah pertama buat anaknya. Semuanya bersinergi membangun karakter keluarga muslim yang punya kontribusi dalam majunya peradaban Islam.

Kembali ke kisah ibu dan anak yang belajar baca qur'an, adalah bagian dari kelompok yang Nabi sabdakan "sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan qur'an". Jika itu sabda Rosululloh shollaalloohu 'alaihi wa sallam, lalu penghargaan mana yang lebih baik darinya?

Mari para orangtua, hususnya para ibu..
Tanamkan azam di hati lalu praktekan, bahwa bisanya anak kita baca qur'an dan baca latin serta ilmu dien lainnya, adalah di tangan kita sendiri. Bukan di tangan orang lain.

ekarosariasarah.blogspot.com
ekarosaria.wordpress.com

Minggu, 07 Oktober 2018

Diet

Fahamilah ketika orang lain bertanya, dia ingin tahu atau sekedar memuaskan hati saja?

"Ibu, apa resep langsing menurut Islam? Saya kok heran dengan ibu-ibu yang begitu ngotot diet sampai beli produk yang bukan milik orang Islam. Lagi pula, apa ga tersiksa ya membatasi makanan yang dimakan, apa itu namanya ga mendzolimi badan sendiri?"

Satu tanya masuk lewat wa. Saya diam dulu, tak langsung menjawabnya. Saya meraba kemana arah pertanyaannya. Dia sedang menyoroti teman lainnya soal diet. Sementara posisi saya pun sama dengan para ibu yang dia bicarakan.

Saya sempat bingung menjawabnya. Apa yang dia inginkan? Seandainya memang dia dekat dengan para ibu itu, seharusnya bisa bicara dan mengingatkan langsung ketika bertemu. Karena saya bisa memahami pertanyaannya. Dia bertanya karena tidak suka, bukan mencari solusi yang seharusnya. Aslinya pertanyaannya berkali-kali, bukan sekali saja. Model pertanyaan yang ujungnya menunjukkan ketidaksukaan kepada para ibu yang dia persoalkan.

Yang bertanya orangnya kurus sekali. Bagi dia, diet sangat tidak perlu. Tapi bagi ibu-ibu lain yang bb-nya maa syaa Alloh, diet adalah pilihan, bahkan keharusan. Terlepas dietnya pakai cara apa dan pakai produk apa. Yang penting semua bahan yang dipakai jelas halalnya.

Dan saya? Saya pernah membeli produk yang dia persoalkan. Produk dengan harga fantastis. Bagi orang yang ingin diet, harga bukan lagi masalah, yang penting hasilnya bisa memuaskan.

Membatasi makanan pun bukan berarti mendzolimi diri sendiri. Karena Rasulullah pun mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam hal makan dan minum. Dan saya yakin, para ibu yang diet itu sudah menakar apa saja yang hendak dimakannya.

Saya sedikit memahami karakter si penanya.  Dia seorang yang idealis, dalam hal apa pun. Sebagai muslim, segala halnya harus sesuai dengan syariat Islam. Tanpa mau tau mana yang termasuk urusan dunia, mana yang murni akhirat. Ya, saya memahaminya. Si penanya maunya semua muslimah sibuk dengan amal sholeh saja. Tidak perlu diet, tidak perlu membeli produk selain punya muslim. Memakai baju tidak boleh bermacam model dan bentuk. Saya memakluminya.

Tapi untuk memandang persoalan orang lain, jelas tidak bisa dipukul rata.

Para ibu yang sedang diet itu membeli produk yang in syaa Alloh halal. Membatasi makanan karena memang akan berimbas positif bagi kesehatannya. Mereka masih tetap hadir di majlis ilmu. Mereka masih tetap menjaga aurotnya dengan baik. Tetap menjaga ukhuwah dan tetap berusaha lebih baik. Jika pun ada kekurangannya, itulah namanya manusia biasa.

Saya sempat menjawab soal resep diet dengan resep jus langsing ala artis. Seperti yang saya bikin di rumah. Saya pun sempat bingung dengan istilah ala artis, karena idealismenya menuntutnya jangan berhubungan dengan dunia, apalagi artis. Padahal resep itu hanya istilah saja. Isinya pun tetap bahan alami yang Alloh ciptakan dan sediakan untuk manusia.

Saya kadang juga bingung ketika menghadapi seorang yang begitu idealis. Sementara hidup ini tak seidealis yang kita inginkan.

Akhirnya, saat dia wa saya lagi dan menuliskan betapa para ibu itu di matanya sangat susah dibilangin dan mudah baper kalau dinasehatin. Wa-nya saya diamkan, tidak saya balas.

Begitulah,
Pertanyaan dan pernyataan tidak selalu harus ditanggapi. Adakalanya kita biarkan.

ekarosariasarah.blogspot.com
ekarosaria.wordpress.com

Solusi

Saya sedang sedikit merasa sibuk ketika satu telpon lewat wa muncul. Saya matikan lalu saya kirim chat, "lewat chat wa aja".

Chat berbalas, "tapi ini pentiiinngg banget, Umi. Sebentar aja, boleh, yaa".

Akhirnya saya meng-iyakannya.
Makin ke sini saya makin kurang nyaman kalau ditelpon, kecuali jelas perlunya dan tidak bertele-tele. Durasi nelpon yang kadang lama sering bikin telinga kurang nyaman. Lebih enak chat saja, lebih santai dan masih bisa disambi kerjaan lainnya. Bagi saya, menelpon itu harus punya limit waktu. Seperlunya. Jika sudah, segera diakhiri. Kasihan juga kalau tidak terlalu penting, karena bisa jadi orang yang kita telpon masih punya kegiatan lain. Saya rasa ini bagian dari adab menelpon.

Saya mengangkatnya. Terdengar suara parau mulai bicara. Bertanya tentang gangguan jin yakni 'ain. Apakah 'ain itu ada atau tidak. Saya mendengarkan, lalu  menghela nafas. Jujur, ada rasa malas ketika menjawab. Bukan tanpa alasan, persoalan itu serta masalah pelik yang menimpanya sudah terlalu sering ditanyakan. Solusi saya hanya satu,

"Datanglah ke majlis ilmu, datanglah! Apa yang memberatkan langkah kaki untuk datang ngaji. Hanya sepekan sekali, itu pun tidak lama. Menunut ilmu itu kewajiban dan tidak akan gugur kecuali saat datangnya kematian. Karena ilmu itu penting, bukan buat orang lain, tapi buat diri sendiri. Berlimpah sekali pahala saat kaki nelangkah keluar rumah menuju majlis ilmu. Langkah kakinya dapat pahala. Duduknya dapat doa. Malaikat mendoakan orang-orang yang duduk di majlis ilmu, bahkan sampai ikan-ikan di lautan, juga semut, semuanya ikut mendoakan. Dinaungi sayap malaikat selama duduk di majlis ilmu. Dan soal 'Ain sudah pernah dibahas. Begitu juga ilmu lainnya. Semua masalah pasti ada solusinya. Dan Allohlah yang membantu menyelesaikan masalah kita, asal kitanya mau mendekatkan diri pada-Nya".

Dia hanya menjawab, "iya, Umi. In syaa Alloh saya mau datang, semoga saya mendapatkan hidayah".

"In syaa Alloh nya bukan in syaa Alloh yang belum tentu datang, tapi in syaa Alloh harus benar in syaa Alloh. Hidayah itu dijemput, bukan ditunggu. Masalah sudah lama mendera tapi kita tetap tidak mau duduk di tempat yang diridloi-Nya, mau sampai kapan? Datanglah, dengan ilmu Alloh yang kita pelajari dan kita amalkan, semoga Alloh juga membantu menyelesaikannya".

Saya cukup gemes ketika bertanya berulangkali, berkali-berkali dengan pertanyaan yang sama, tapi ketika ditawarkan solusi, hanya didengar tapi tidak dilaksanakan.

Kita memang makhluq yang selalu berkeluh kesah, tapi Alloh itu Adil. Kita yang mendekat, maka Alloh akan lebih dekat dengan kita. Hidup jika hanya berkutat dengan masalah tanpa mau mencari solusi yang sudah jelas Alloh tawarkan, untuk apa?

Ujian, musibah, hakekatnya adalah tarbiyyah dari Alloh agar kita memahami bahwa tidak ada satu pun tempat yang layak untuk kita sandari kecuali hanya Alloh saja. Inilah bagian dari tauhid uluhiyyah, menjadikan Alloh satu-satunya tempat sandaran, tempat meminta, tempat paling pas untuk mengeluh. Manusia hanya manusia yang sejatinya sama antara satu dengan lainnya, punya banyak masalah yang mengiringi setiap episode hidupnya. Hanya mampu mendengarkan dan menawarkan solusi tanpa mampu menuntaskan.

Alloohushsomad, Alloh lah tempat kita bergantung.

Iyyaaka na'budu..hanya kepada -Mu kami beribadah.

Iyyaaka nasta'iin.. hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

Tafsir ayat itu adalah, jika kita hendak minta pertolongan kepada Alloh, maka beribadahlah dahulu. Ibadah dulu, baru meminta. Dekati Alloh dulu, baru kemudian meminta. Jangan jauh tapi datang-datang lalu minta.

Dia menutup telponnya dengan tangisan dan kesiapannya untuk mencari solusi yang paling mumpuni, yakni datang ngaji.

Alhamdulillah.

Musibah

Saya masih ingat waktu kecil dulu. Kisaran tahun 83 atau 84. Menjelang masuk sekolah dasar.

Saat itu saya hanya mendengar sebagian orang yang lalu lalang bicara tentang kondisi hari itu. Menyuruh setiap yang keluar rumah agar memakai payung atau apa saja yang bisa menutupi kepala.

Rumah-rumah memutih karena abu yang menempel. Begitu pula jalanan, penuh debu tebal, rasa seperti di pantai saja. Antara hening sepi dan mencekam, begitulah suasana saat itu.

Saya juga sempat mendengar beberapa orang bilang,

"kiamat...kiamat"

Kalimat itu terngiang-ngiang di telinga. Hari itu, katanya kiamat. Meski keadaan sebenarnya adalah menyerupai kiamat, entah. Tapi rasanya memang sungguh menakutkan. Saya seperti berada di alam lain. Sepi hening dan gelap.

Hari itu langit menghitam dengan semburat kemerahan yang menyala di sebagiannya. Seperti bara api di atas arang. Arang yang menghitam, kemudian memerah setelah terkena api. Rupanya hari itu gunung galunggung meletus. Banyak korban meninggal. Rumah dengan radius sekian kilo terkubur lahar panas. Hancur musnah. Menyisakan atap paling tinggi dan pucuk-pucuk pohon tanpa daun.

Tahun itu saya belumlah faham apa-apa selain apa yang ramai orang bicarakan dan perintah orangtua agar hati-hati menjaga mata supaya tidak terkena awan abu.

Sampai bertahun kemudian saat sudah berlalu bencana itu, barulah saya bisa melihat lewat poto-poto kondisi sekitar gunung yang memang meluluh lantahkan semua yang ada. Terbayang rumah-rumah tinggi dan bagus serta pepohonan yang tinggi, semua tinggal ujungnya. Juga poto langit yang masih tetap memerah karena api letusan. Mengerikan.

Musibah atau bencana bagi orang beriman, akan tetap dipandang baik. Ketentuan Alloh tidak pernah salah.  Dan setelahnya, perkampungan yang dulu hancur itu kini tampak lebih hijau dan subur.

Gunung, lautan, angin, air, adalah di antara para tentara Alloh yang kapan saja Alloh perintahkan untuk bergerak, maka tidak satu pun manusia yang mampu menghalanginya. Tidak ada. Sekuat dan sesombong apa pun manusia, jika tentara Alloh itu datang, maka tampaklah siapa sesungguhnya kita. Kita adalah hamba Alloh yang lemah, tidak punya daya dan kekuatan apa pun.

Hari ini, di mana zaman mendekati akhir, tentara-tentara Alloh bergerak menuruti perintah-Nya. Gunung meletus mengeluarkan api dan lahar panas. Tanah terbelah menelan apa yang ada di atasnya. Bumi bergoncang menghancurkan apa yang ada di atasnya. Air laut menerjang dan menyapu apa yang dilewatinya. Semua itu tidak lain ada sebagai peringatan bagi kita sebagai hamba-Nya. Apakah kita akan menjadikannya pelajaran, atau hanya menjadikannya ratapan lalu kembali kufur akan ni'mat-Nya. Orang beriman setelah musibah dan ujian, akan selalu berupaya merenungi tentang dosa-dosa yang dilakukan. Karena tidaklah musibah Alloh turunkan, kecuali karena ulah tangan manusia itu sendiri. Tapi bagi yang masih kufur, musibah dijadikannya alasan untuk terus melakukan dosa syirik, satu dosa yang tidak akan diampuni Alloh kecuali tobat nasuha sebelum ajal datang.

Saya berfikir, semoga dengan musibah apa pun yang Alloh timpakan, kita diberikan karunia untuk selalu memahami bahwa kita seharusnya selalu introspeksi diri, memohon ampunan dan selalu Istiqomah dalam beramal.

Rabu, 03 Oktober 2018

Balasan

Cerita malam

"Assalamualaikum"

Aminah bangkit dari duduknya saat satu suara salam terdengar dari luar. Suara seorang bapak, entah siapa. Sempat melihat dari balik gorden, memastikan supaya hati lebih tenang. Jujur, ketika suaminya tak di rumah, lalu ada tamu seorang lelaki, maka baginya harus lebih hati-hati.

Dibukanya pintu setelah tahu siapa yang datang. Seorang yang memang dikenal baik. Beliau datang dengan sesuatu di tangannya. Sambil tersenyum mengatakan maksud kedatangannya. Hanya ingin menyampaikan tanda syukur setelah kelahiran anaknya. Alhamdulillah bi ni'matihii tatimmushshoolihaat. Hanya itu saja, lalu bergegas pamitan.

=====

Lepas maghrib Aminah keluar rumah, lalu menutup pintu lalu menguncinya. Meski perginya hanya berjarak sepelemparan batu, tak bisa dibiarkan rumah ditinggal tanpa pengamanan. Karena tawakkal saja tidak cukup, wajib pakai usaha.

Di tangannya ada semangkok makanan yang sudah Aminah siapkan, lengkap. Makanan kesukaan anak tetangganya. Niatnya hanya ingin membuat tetangganya senang dengan apa yang diberikannya. Meski bukan sesuatu yang mahal dan istimewa, tapi cukuplah membuat anak-anak itu senang ketika salam Aminah ucapkan di depan rumahnya, mereka menyambutnya antusias. Begitulah bahagia. Membahagiakan adalah kebahagiaan.

Setelahnya Aminah pulang.

Tak lama, suara salam terdengar dari luar. Dan apa yang dibawakan seseorang itu selain tanda syukur atas kelahiran anaknya? Yang dibawanya adalah makanan kesukaannya. Maha Adil Alloh atas segala karunianya. Memberi lalu dibalas dengan pemberiaan serupa, sama-sama makanan kesukaan.

Barangkali kisah ini hanya sederhana saja. Tapi tidak untuk sesuatu yang patut disyukuri. Sedekah itu pasti dibalas. Entah di dunia, atau kelak di akhirat. Di sisi Alloh, tidak ada kebaikan yang sia-sia meski sekecil biji saja. Alloh sebaik-baik pembalas bagi hamba-Nya. Percayalah!

Niat membahagiakan itu berbalas dibahagiakan. Sederhana saja.

Alloohu'alam..

Sabtu, 14 Juli 2018

Suami istri4

Catatan malam
#suamiistri

Di antara jalan menuju sakinah, yaitu tenangnya hati suami atas istrinya, adalah seorang istri yang senantiasa menjaga kehormatan suaminya dihadapan orang lain.

Salah satu bentuk menjaga kehormatan suami adalah, menjaga penampilan suami agar selalu tampil rapi dan bersih. Baju yang rapih hasil setrikaan istri adalah wujud di mana kehormatan suami terjaga dihadapan orang lain. Meski pun seorang istri sibuk dengan tugas  rumahtangganya, seyogyanya tetap bisa menjaga baju suami agar bersih rapi. Minimal baju-baju suami yang dipakai ketika keluar rumah. Jangan sampai penampilan suami dipandang tidak bagus karena bajunya lusuh tidak disetrika. Karena rapihnya penampilan suami, maka biasanya akan berimbas kepada istrinya. Istri yang pintar merawat suami sudah pasti akan berusaha membuat tampilan suami terlihat bersih dan rapih.

_Di satu kelas di sebuah sekolah, terdengar riuh para murid perempuan saat seorang guru lelaki yang wajahnya tampan masuk. Entah kenapa, hari itu tampilan sang guru terlihat beda. Bajunya lusuh dan kurang rapih. Lalu terdengar seorang murid mengatakan, kenapa penampilan bajunya lusuh, kelihatan sekali belum disetrika. Kemana istrinya?_

_Satu waktu di depan sebuah masjid, lewatlah seorang bapak dengan beberapa anak yang diboncengnya. Wajahnya tampan. Tapi sayang, bajunya begitu lusuh dan tidak terawat. Dalam benak yang melihat, penampilannya sungguh tidak terjaga, kemana istrinya?_

Maka para istri, mari luangkan waktu ditengah sibuknya kita mengurusi tugas rumahtangga, agar tetap memperhatikan penampilan suami sebagai bentuk menjaga kehormatannya. Mari raih keridloan Alloh melalui pelayanan kepada suami. Dengan begitu, semoga sakinah akan terwujud. Mawaddah akan diraih dan rohmah akan turun.

Semoga para istri, Alloh karuniakan kesehatan agar dimampukan menyelesaikan semua tugas rumahtangga dengan penuh kerelaan dan keridloan. Karena jika suami ridlo, maka seorang istri berhak memasuki al jannah.

Baarokalloohu fii kum
😍

Berhati hati dengan berita

Di akun ig, ada berita lewat. Seorang lelaki membonceng pacarnya alami kecelakaan lalu lintas karena nyalip truk dengan kecepatan tinggi dan tidak bisa menahan lajunya sampai akhirnya terjatuh. Sementara dari arah berlawanan, melaju kencang kendaraan dan menggilas si wanita yang diboncengnya. Si wanita akhirnya tewas di tempat.

Kolom komentar ramai orang mengecam karena tertulis bahwa lelaki itu membonceng pacarnya. Entah berapa banyak komen miring soal kecelakaan itu. Dari yang mengatakan pacaran dosa dan kecaman lainnya. Sampai akhirnya nyelip satu komentar yang menjelaskan bahwa ternyata wanita yang diboncengnya adalah sepupunya, bukan pacarnya seperti yang tertulis di beritanya.

Berita baru muncul. Soal Harun Yahya yang ditangkap dengan banyak kasus yang menimpanya. Dia dituduh sudah melakukan beberapa kejahatan dan tuduhan lainnya yang semuanya negatif. Semua orang tercengang. Tidak ada yang menyangka. Seorang Harun Yahya dengan tingkat kecerdasannya yang tinggi, Alloh karuniakan kepadanya banyak ilmu yang dengannya Harun Yahya banyak merilis video berisi keilmuan yang begitu penting. Video yang mendunia di antaranya adalah sejarah penciptaan manusia dan lain-lain yang sesungguhnya membuat orang-orang kafir gerah dengan penemuan ilmiyahnya.

Lalu ramai-ramai orang pun mengecamnya. Menuduhnya telah futur dan menganggapnya sudah jauh melenceng. Bergaul bebas dengan banyak wanita hingga membuat jijik yang melihatnya.

Tapi ada satu komentar yang terbaca. Menerangkan kondisi sesungguhnya yang dialami Harun Yahya setelah beberapa videonya membuat orang kafir naik pitam. Hingga akhirnya di penjara dan ketika di dalam itulah dia dicekoki narkoba dan obat terlarang sampai mengalami gangguan jiwa dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa kemudian jadilah dia pribadi yang terlihat sekarang. Si penulis komen menuliskan bahwa ada sebab ada akibat hingga Harun Yahya mengalami hal yang sungguh mengerikan.

Satu lagi video yang viral soal penganiayaan yang dilakukan oleh seorang polisi kepada dua wanita dengan berita tertulis bahwa si wanita itu tanpa sengaja menyenggol hape anak si polisi sampai hapenya pecah.

Kemudian nyelip juga satu komentar yang menerangkan kejadian sesungguhnya bahwa sebenarnya si wanita itu dituduh mencuri sampai akhirnya si polisi marah dan menendangnya.

Tiga kasus dengan berita awal yang tertulis ternyata tidak sepenuhnya benar sampai akhirnya ada beberapa komentator yang meluruskannya.

Ini pelajaran buat kita saat ada sesuatu yang lewat di beranda agar dicek dulu kebenarannya. Supaya kita tidak terlanjur mencaci maki dan  menyalahkan.

Eka Rosaria

Suami istri3

Catatan malam
#suamiistri

Di antara hal yang membuat sakinah, yaitu tenangnya hati suami atas istrinya adalah, selalu tampil menarik di depan suaminya ketika di rumah. Minjam istilah orang sekarang,  istri itu jika di rumah depan suaminya tampilannya kebarat-baratan, tapi jika di luar rumah tampilannya kearab-araban. Begitulah kira-kira. Berusaha tampil baik dan menarik serta wangi. Tanpa menafikan adanya anak-anak, seorang istri akan tetap berusaha tampil indah dihadapan suaminya.

Satu hari saat saya sedang mengurus jahitan, datanglah sepasang suami istri.

"Mi, nih istri saya bikinin bajunya yang cakepan biar ga selalu dasteran bolong kalau di rumah".

Si istri yang disampingnya senyum-senyum sembari bilang,

"Daster bolong tuh isis tau, Pak".😅

Sebagai emak-emak, saya sudah pasti merasakan bagaimana nyamannya memakai seragam kebangsaan ini😅 yaitu daster. Bahkan sampai yang sudah bolong sana-sini saja masih tetap dipakai. Saking nyamannya karena terasa lebih adem.

Tapi jika mengingat bahwa pentingnya  membuat suami betah dan nyaman saat berada di rumah, maka merubah penampilan lebih menarik itu sudah seharusnya. Hal itu akan membuat mata suami indah memandang istrinya. Dan yang pasti, berlimpah pahala. Menyenangkan hati suami. Itulah berkahnya menjadi istri, begitu berlimpah pahala saat dengan ikhlas dan rela melayani suaminya.

Maka itu..yuk,ah..
Kita siapkan seragam kebangsaan husus saat kita dihadapan suami. Semoga Alloh karuniakan sakinah kemudian lahirlah mawaddah antara suami istri dan turunlah Rohmah dari Alloh.

Semoga para istri selalu diberikan kesehatan dalam mengurus rumahtangganya. Dikaruniai anak-anak yang sehat. Dilimpahi keberkahan dalam rumahtangganya.

😍

Suami istri2

Catatan malam
#suamiistri

Di antara hal menuju sakinah adalah, yaitu  tenangnya hati suami atas istrinya, saat mendapati istri yang selalu menyambutnya dengan hangat sepulang bekerja. Tak perduli jika saat di rumah si istri banyak hal yang membuatnya capek dan lelah, dia selalu siap memberikan yang terbaik untuk suaminya.

Teman saya sedikit menceritakan keadaannya jika suaminya pulang kerja,

"Kalau suami pulang kerja, saya sudah rapih dan sedikit dandan karena saya tahu, suami saya senang kalau melihat saya rapih. Apa pun yang terjadi di rumah, posisi saya tetap cakep saat suami pulang. Lalu saat klakson motornya bunyi, saya akan sigap keluar membukakan pintu pagar. Dia senang kalau saya langsung tahu dan cepat keluar membukakan pintu".

Para istri, bisa jadi hal begini dianggap sepele karena kita sering merasa bahwa pekerjaan di rumah saja sudah menguras tenaga, belum lagi anak-anak yang terkadang menyedot banyak perhatian sehingga hal remeh seperti dandan dan rapi serta sigap keluar membuka pintu saat suami datang itu tak perlu dilakukan. Tapi ternyata, sambutan hangat istri pada suami itu mampu menenangkan dan merasa sangat dihormati serta menentramkan. Membuat suami betah ketika pulang ke rumah.

Sikap istri yang seperti ini menjadikan rumahtangga jadi sakinah, hingga muncullah mawaddah dan rohmah dalam kehidupan rumahtangga kita.

Semoga para istri selalu diberikan kesehatan dan pahala berlimpah serta dimampukan mengurus keluarga dengan baik dan penuh kerelaan.

😍

Suami istri1

Catatan malam..
#suamiistri

Di antara hal menuju sakinah, yaitu tenangnya hati suami atas istrinya, selalu siap kapan pun saat suami membutuhkannya. Maka, bagus sekali nasehat seorang ibu kepada anak perempuannya yang sudah menikah,

"Nak, kalau waktu sudah masuk Isya, segeralah sholat. Jangan ditunda-tunda. Karena itu kewajiban dan setelahnya jangan pernah membuat suamimu menunggu lama saat dia membutuhkanmu".

Maka para istri,..
Jangan abaikan hal ini. Semoga dengan itu, sakinah akan diperoleh. Sehingga terciptalah mawaddah dan rohmah.

Semoga pahala berlimpah untuk para istri yang senantiasa melayani suaminya dengan baik dan penuh kerelaan.

😍

Dzikir

Catatan pagi..

Sudahkah kita bersyukur saat mata kita bisa terbuka dan terbangun dari tidur dan ternyata masih hidup?  Sudahkah membaca doa bangun tidur? Lalu membaca Alhamdulillaahilladzii bi ni'matihii tatimmushshoolihaat ? Jika belum, segera baca... Karena ternyata dengan itu, Alloh memberikan kita kesempatan bertaubat atas dosa-dosa kita serta kesempatan beramal sholeh masih ada.

Dan berpagilah dengan doa dan dzikir yang sudah Rosululloh shollalloohu 'alaihi wa sallam ajarkan. Serta raihlah keberkahan dari doa beliau saat pagi datang.

أَللّٰهُمَّ بُارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكَوْرّهَا

"semoga Alloh berkahi ummatku di pagi hari harinya"

Maka, sudah seharusnya pagi ini kita awali dengan doa dan dzikir serta amal sholeh agar keberkahan kita raih dan mendapatkan doa dari Rosululloh shollalloohu 'alaihi Wa Sallam.

Jangan lupa rutinkan sholat fajar, karena sholat fajar itu lebih baik dari dunia dn seisinya. Hati akan terasa selalu cukup dan lapang dengan rezeqi yang Alloh berikan.

Jangan lupa baca quran setelah sholat, karena ada banyak pahala di sana. Bacaan Qur'an juga adalah hal yang akan menerangi pembacanya nanti di alam kubur.

Lanjutkan dengan dzikir pagi. Lalu ayat kursi dan tiga Qul. Semoga Alloh menjaga kita dari segala marabahaya.

Ibu atau bapak yang biasa mandikan anak, jangan lupa ketika membuka baju si anak, membaca Bismillah dahulu, agar terjaga dari penyakit 'ain karena membuka aurot. Ajarkan anak-anak membaca dzikir masuk dan keluar kamar mandi, serta membaca Bismillah saat membuka dan memakai baju.

Buat para emak yang mau masak, awali semuanya dengan Bismillah, sambil masak sambil dzikir, sambil baca sholawat, supaya lisan kita biasa dengan dzikir. Apa saja kegiatan kita, seyogyanya diawali dengan Bismillah dan syukuri setelahnya dengan membaca Alhamdulillaah. Semoga Alloh limpahkan keberkahan dalam keseharian kita.

Ada satu kisah teman saya yang Alloh wafatkan saat di perjalanan. Qodarulloh, saat dia duduk disamping suaminya yang sedang menyetir, ada satu benda kecil saja serupa besi, melesat menembus kaca depan mobilnya, tepat mengenai pelipis si teman. Dia reflex mengucapkan kalimat thoyyibah. Setelah itu Alloh cabut nyawanya. Innaalillaahi kemudian alhamdulillah karena Alloh karuniakan kematian kepadanya ketika  lisannya reflex mengucapkan dzikrulloh. Semoga husnul khotimah. Karena lisan yang membiasakan dzikrulloh, maka dalam kondisi kaget pun, biasanya yang terlontar adalah kalimat dzikrulloh.

Satu lagi kisah yang saya catat dalam ingatan saya ketika membaca buku keajaiban para mujahid. Dalam beberapakali serangan, beliau selalu lolos dari kematian yang secara kasat mata seharusnya sudah wafat. Tapi selalu saja Alloh selamatkan. Saat ditanya oleh para sahabatnya, beliau mengatakan, bahwa beliau selalu merutinkan dzikir..

"Bismillaahilladzii laa yadlurru ma'asmihii syai'un fil ardli wa laa fissamaa'i wa huwassamii'ul 'aliim"

Ada lagi kisah yang saya baca ketika seorang wanita melewati satu jalan yang gelap dan sepi karena sudah malam, sementara di situ ada seorang lelaki yang jahat dan biasa menggangu, tapi ternyata Alloh selamatkan si wanita. Saat lelaki jahat itu ditangkap karena mengganggu pejalan lain, dia mengatakan bahwa matanya melihat sosok yang mengerikan saat si wanita pertama lewat sehingga dia mengurungkan niatnya untuk mengganggunya. Setelah si wanita ditanya, ternyata dia selalu merutinkan membaca ayat kursi. Dan Alloh menjaganya dari bahaya yang menghadangnya.

Yuk, ah... Para emak dan bapak dan siapa saja, kita rutinkan dzikir pagi sore, kita rutinkan dzikrulloh. Karena dzikrulloh itu akan menenangkan dan Alloh selalu dekat dengan hamba NYA yang selalu mengingat NYA.

allohu'alam.
Baarokalloohu fii kum

Eka Rosaria
Bekasi, juli 2018

Jumat, 13 Juli 2018

Jika

Jika bukan karena menjaga harga diri, ingin rasanya menuliskan segala keluh kesah yang aku alami. Sewajarnya manusia biasa yang mengalami banyak hal dalam hidup ini, rasanya mungkin akan nyaman jika aku menuliskannya.

Tapi ada sesuatu yang menghalangiku darinya, yaitu pengakuanku sebagai hamba Alloh atas sifat NYA yang ASHSHOMAD yaitu tempat bersandar. Alloh lah tempat bersandar semua hamba dan kepada NYA lah semua rasa kita keluhkan. Kalau aku selalu mengeluhkannya kepada manusia, lalu Alloh dianggap apa?

Jika aku tulis secara nyata apa saja hal yang aku alami, maka apa jadinya nanti. Setiap orang akan tahu apa masalah kita. Padahal, menutupi masalah pribadi adalah bagian dari izzah, iffah.

Cukuplah aku menuliskan, bahwa aku menjauhi siapa pun yang tidak bisa menjaga mulutnya dari menyebarkan aib dan menyampaikan setiap ucapan kita kepada orang lain yang akan menyebabkan masalah baru.

Aku menjauhi siapa pun, keluarga sekali pun. Biarlah aku hanya berteman dengan orang-orang yang mereka mencintaiku dan aku nyaman bersama mereka.

Hidup ini singkat, memilih bersama cinta, itu jauh lebih membahagiakan.

Senin, 02 Juli 2018

Jodoh

#catatanhatilelaki

"Sebutkan hal paling diinginkan dari calon istrimu nanti?"

Pertanyaan itu saya lontarkan ketika seorang ikhwan minta dicarikan akhwat. Dia menghubungi saya lewat akun google setelah membaca tulisan saya tentang jodoh, begitu menurutnya. Saya tidak mengenalnya sama sekali. Tapi dengan percaya diri dia meminta dan tentunya percaya sama saya. Padahal, jujur saja, saya bukan mak comblang. Hanya kadang saja ada yang minta dicarikan jodoh.

Kemudian saya sampaikan dan ngobrol dengan suami tentang hal ini. Kami berdua berusaha membantu dan mencarikan. Kalau taqdirnya bertemu, alhamdulillah. Kalau pun belum, alhamdulillah. Semuanya baik.

Aslinya saya takut ketika ada ikhwan atau akhwat yang minta dicarikan jodoh. Bukan apa-apa, merasa khawatir kalau suatu saat ada masalah di antara keduanya, maka saya merasa tersalahkan. Meskipun sejak awal pasti akan saya sampaikan bahwa yang memberi jodoh itu Alloh, mintalah sama Alloh lewat sholat istikhoroh ketika ada akhwat yang siap dinikahi. Maka apa pun yang terjadi di kemudian hari, ke duanya akan siap menghadapinya tanpa menyalahkan siapa pun, termasuk saya.

"Saya menginginkan akhwat yang cantik, punya hafalan Quran itu lebih bagus. Pendidikan tidak terlalu penting. Bahkan lulus SD pun saya mau. Saya siap mendidiknya sebagai bentuk tanggungjawab saya sebagai suami. Tapi satu yang penting adalah, saya mau akhwat yang tidak punya pacar dan tidak pernah pacaran. Juga tidak suka main facebook. Karena saya sadar, saya ini lelaki pencemburu".

Cantik, satu yang memang sering diminta oleh para lelaki. Tak pandang bulu kalau dia juga aslinya tidak ganteng 😊, cantik tetap pilihan pertama. Saya tidak menyalahkan. Itu hal naluriah. Wajar. Asalkan akhwatnya memang mau dan ikhwannya punya hal yang bisa menawan hatinya, maka tidak ada masalah.

Maka benar kata sebagian orang. Yang tampan akan kalah oleh yang mapan.😊

Saya tidak menjanjikan, hanya akan mengusakahan. Dia menerima dan menunggu.

Qodarulloh akhirnya memang Alloh turunkan jodohnya lewat saya. Cantik, alhamdulillah. Seperti yang dia inginkan. Baik, in syaa Alloh. Pas, si akhwat sebelumnya tidak pernah pacaran, tidak punya pacar, tidak main fb.

Lelaki ini setahu saya memang punya akun fb. Itu saya ketahui setelah agak lama dan tidak terlalu aktif. Bukan type yang suka bikin status, apalagi status nada curhat atau alay tidak penting.

Saya pikir, begitulah seharusnya. Kalau menginginkan calon istri yang tidak suka main fb, maka dia sendiri pun jangan suka main fb. Kalau menginginkan calon istri tidak punya pacar dan belum pernah pacaran, maka dia pun begitu, harus sama.

Bukan sebaliknya. Menginginkan calon istri tidak suka main fb, tapi sendirinya sangat aktif, bahkan sering curhat tidak jelas. Menginginkan calon istri yang tidak punya pacar dan belum pernah pacaran, tapi sendirinya melakukannya. Maka ini namanya tidak adil. Karena menuntut hal yang tidak dilakukan oleh calon istri tapi dia sendiri melakukannya. 

Hal ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi ikhwan atau akhwat.

Maka, saat ke duanya meng-iya-kan untuk nadzor, saya memberikan syarat buat ke duanya.

Syaratnya adalah, tidak boleh ada komunikasi apa pun di antara merka berdua sebelum halal.  Harus lewat saya dan suami atau ibunya si akhwat. Saya tekankan untuk tidak melanggar. Dia pun menyanggupinya dan tidak ada masalah. Dan saya meminta mereka untuk rajin sholat istikhoroh minta ketetapan hati dalam urusan ini.

Kenapa?
Wallohi, saya menginginkan kebaikan saat Alloh jadikan perantara bagi mereka. Agar pernikahannya diberkahi karena melewatinya dengan kebaikan dan keta'atan. Karena sakinah, mawaddah dan rohmah tidak akan didapatkan kecuali dengan cara yang baik dan benar. Dan saya pun tidak kecipratan dosanya jika mereka melanggar karena saya sudah mengingatkan.

Alhamdulillah, Alloh taqdirkan berjodoh. Maka, apa pun yang terjadi saat sudah menikah nanti, semoga Alloh berikan keberkahan. Rumah tangganya harmonis, anak-anaknya lahir sholeh sholehah. Jika pun ada ujian, maka semoga Alloh mampukan melewatinya.

Ikhwan, akhwat,..
Jika ingin diberi jodoh yang baik, maka perbaiki juga diri kita. Lalu ikhtiar kemudian tawakkal.

Jangan terlalu tinggi menginginkan jodoh, karena diri sendiri pun tidaklah sempurna. Carilah yang agamanya baik, semoga Alloh bereskan semua urusan dalam pernikahan. Jangan lelah ketika melangkah, jangan ngeluh saat berpeluh, karena menikah adalah ibadah terlama yang akan dijalani,, maka memperbanyak sabar adalah kuncinya.

Setiap pernikahan ada ujiannya sendiri. Maka bersabarlah sampai batas kemampuan. Jika pun tidak, maka Islam memberikan pilihan dengan cara yang baik.

Allohu'alam

Eka Rosaria
Awal juli 2018

Rabu, 20 Juni 2018

Wanita

#Catatanhatiistri

Jam 1 malam, terbangun. Entah karena apa. Lalu saya nyalakan hape. Ada chat wa masuk.

"Mi, barusan aku dipukul lagi. Rambut ditarik, ditendang. Aku sakit, Mi.."

Ngantuk seketika hilang, ganti dengan kaget. Untuk ke sekian kalinya dia mengeluhkan. Terkadang bosan juga ngasih saran. Bukan tanpa alasan. Ngeri kalau sudah mendengar ceritanya. Bahkan satu giginya harus copot karena disiksa saat meminta "sesuatu" darinya, padahal saat itu bulan di mana siangnya haram melakukannya.

Satu lagi,

"Mi, teman saya curhat mulu soalnya suaminya. Suka nendang, mukul, kasar, tidak mau sholat jamaah ke masjid, sama anak-anak kasar. Sudah saya sarankan cerai saja kalau memang sudah tidak kuat. Tapi katanya nanti saja, mau lihat perubahan dulu. Siapa tahu mau berubah. Padahal semua itu terjadi bertahun-tahun".

Dua wanita dengan masalah hampir sama. Dua-duanya tetap memilih bertahan. Entahlah, saya sendiri terkadang bingung melihatnya.

Wanita itu makhluq mengagumkan sekaligus membingungkan. Begitu yang saya lihat dan rasakan.

Betapa tidak, sekian banyak wanita dengan masalah besar yang menimpanya, tetap teguh mempertahankan sebuah hubungan. Terutama rumah tangga.

Mengagumkan karena memilih tetap bertahan meski punya suami tempramental, main pukul main tendang kalau sedang marah, belum lagi nada bicara yang suka membentak. Rela merasakan kepedihan dan penderitaan itu bertahun-tahun. Kadang tanpa mengeluh. Nrimo.

Membingungkan karena memilih tetap bertahan tidak bercerai meski pun pilihan itu jelas sekali boleh diambil. Di mana letak bahagianya seorang istri jika punya suami yang suka mukul, nendang, bentak jika emosi. Bahkan sedang tidak emosi pun nadanya tetap kasar.

Itulah hebatnya wanita. Dibalik kelemahannya, tersimpan kekuatan besar untuk bertahan dalam situasi yang pelik. Memilih untuk merelakan bahagianya demi anak-anak. Itulah yang seringkali terjadi. Anak-anak adalah hidupnya.

Saat ada istri yang curhat karena suaminya yang suka mukul, nendang, nuduh dan perlakuan tidak manusiawi lainnya, saya hanya bertanya,

"kuatkah dengan kondisi itu?"

Jawabannya tetap,

"kasian anak-anak"

Meski seringkali saya sarankan untuk memilih bercerai setelah sebelumnya sholat istikhoroh agar pilihannya tepat, tetap memilih bertahan. Ada juga yang begitu khawatir dengan nafkahnya nanti jika memilih bercerai. Ini wajar. 

Alangkah hebatnya wanita..
Para suami, sayangilah wanitamu!
Karena sakitnya dan beratnya saat hamil dan melahirkan anak-anakmu tak akan pernah sebanding dengan sakitnya disunat yang hanya sekali seumur hidup.

Wanita, bahagiakan hidupmu!
Jika khawatir menguasai hati, ingatlah! Ada Alloh tempat meminta dan bersandar. Tapi jika tetap memilih bertahan, semoga tetap bersabar.

Alangkah mulianya teladan kita Muhammad Rosululloh shollalloohu 'alaihi wa sallam dalam memperlakukan para istrinya. Beliau adalah suami yang paling baik dalam memuliakan mereka, ummahatul mukminin. Dalam marahnya pun, beliau masih tetap bersikap lemah lembut. Lalu, jika para suami tidak mencontoh beliau dalam memperlakukan istri, siapa lagi yang mau dicontoh?

Para istri, mari kita belajar menjadi tempat paling "tenang" bagi suami, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Setiap rumahtangga pasti ada ujiannya. Bercerai bukan pilihan buruk jika ke depannya akan jauh lebih baik. Adukanlah setiap masalah kepada Alloh. Karena Alloh lah yang memberi kita ujian, kepada NYA lah kita juga bersandar.

Eka Rosaria
Bekasi, juni 2018

Kamis, 14 Juni 2018

Misteri riba

Misteri Riba

Lepas maghrib di sebuah rumah makan yang sedang ramai. Lalu-lalang pelayan begitu sibuk melayani pembeli. Hampir semua meja kursi penuh.

Di sudut rumah makan itu, sekumpulan lelaki dewasa selesai makan. Sekilas terlihat beberapa dari mereka ada yang berwajah Arab. Lainnya orang pribumi.

Tetiba dari arah belakang muncul lelaki tua tinggi dengan slayer menutupi dadanya. Wajahnya cukup bersih, sekilas pun tidak ada yang aneh dari wajahnya. Lalu menghampiri meja itu dan sibuk bertanya ini itu setelah sebelumnya menyalami penuh keakraban. Sepertinya dia sudah lama kenal. Entahlah..

Dari meja seberang, seorang lelaki dewasa menegurnya basa-basi. Sepertinya sedang mengingatkan, lalu mulai menceritakan tentang lelaki tua itu pada teman semejanya,

"Dia memang agak kurang waras. Sering bicara dan melakukan hal tidak jelas. Pernah pinjam sepeda orang lain dan tidak mengembalikannya. Atau lain waktu sibuk ngajak selfie para ibu yang ditemuinya. Wibawanya hilang, tingkahnya lepas dari orang normal. Dulunya dia kerja di bank ribawi lalu terjadilah hal seperti yang dilihat orang sekarang, dia stress. Itulah akibat riba."

Nauudzubillaah, akibat riba. Alloh hilangkan akal sehatnya. Alloh hilangkan wibawa dan harga dirinya. Jauhi riba! Karena riba itu hanya akan menyeret kita pada musibah dan kehinaan.

Lebaran kali ini

Ada yang beda di lebaran kali ini. Sejak menikah 20 tahun lalu, hanya sekali saja saya  merayakan lebaran di kampung halaman, di Tasikmalaya. Selainnya, saya menikmatinya di tempat perantauan, atau berhitung belasan tahun ini saya lalui lebaran di Masaran, Sragen, Jawa Tengah.

Tapi kali ini saya melewatinya di sebuah kota di provinsi Sulawesi Tengah, kota Poso. Sebuah kota dengan alam yang indah. Sungguh indah. Lautan luas terbentang dengan pantai yang masih bersih dan hasil lautnya yang melimpah. Juga kebun-kebun coklat yang banyak dijumpai serta hutan alami dan sawah yang luas terbentang indah dan asri.

Kota yang masih tenang tanpa kemacetan. Masih lengang tanpa kepadatan seperti di ibu kota. Alhamdulillah, nyaman berada di sini.

Hanya malam ini saja kota terlihat macet karena ada malam takbiran keliling. Sungguh meriah. Setiap orang menikmati kemacetan ini dengan sukacita karena suara takbir saling bersahutan dari mobil-mobil yang melintas.

Takbir keliling kali ini resmi dibuka dan diizinkan oleh Bapak Bupati Poso. Bahkan kabarnya akan diberikan hadiah untuk bagi rombongan yang mengikutinya.

Pasukan dari kepolisian dan TNI dengan sigap dan ramah terlihat menjaga arus lalu lintas supaya lebih tertib dan aman. Meskipun ada saja pengendara motor yang sibuk dengan suara knalpotnya yang memekakkan telinga. Jangan coba-coba ngebut di kota yang jalannya masih sangat lengang ini, karena di sisi jalan bakalan terlihat ada spanduk dengan tulisan,

DILARANG NGEBUT !! KARENA VALENTINO ROSII PERNAH JATUH DI SINI.
😳😇😆

ini beneran, lho!
Makanya jangan coba-coba!  😆

Kota Poso dengan segala daya pikatnya yang memesona, menjadi tempat bagi saya tahun ini merayakan lebaran. Saya tak pernah lagi mengingat harus lebaran di kampung halaman. Bukan tak ingin. Tapi tugas mendampingi suami adalah satu hal yang saya nikmati. Biarlah lebaran di kota mana saja, terpenting adalah, semuanya baik-baik saja.

Sebagaimana pesan bapak saya, Alloohu yarham,

"Pergilah kemana saja yang jauh, jangan tinggal di sini. Merantaulah! Bapak ikhlas. Bahkan seandainya Bapak ditaqdirkan meninggal dan tidak sempat bertemu, Bapak akan ikhlas. Yang penting, di mana saja berada, tetaplah di jalan dakwah!"

Ah, sedih terkadang bukan karena tak ada baju baru atau makan khas lebaran. Tapi sedih adalah saat mengingat bahwa rindu ini hanya mampu mengenang kebersaman dengan seseorang yang kita cintai. Bapak sudah tak ada. Tapi ingatan tentangnya selalu ada.

Taqobbalalloohu minnaa wa minkum.

Eka Rosaria
Bumi Poso, juni 2018

Selasa, 12 Juni 2018

Antara janda dan koruptor

Antara janda dan koruptor

Ada yang bertanya, apakah seorang penerima zakat harus juga membayar zakat?

Awalnya agak bingung menjawab karena bukankah penerima zakat itu adalah orang yang memang kondisinya tidak mampu membayar zakat, sehingga dialah akhirnya yang jadi penerima.

Tapi akhirnya saya tahu setelah yang bertanya menerangkan bahwa yang bertanya itu adalah seorang janda dengan pekerjaan tidak tetap dan otomatis penghasilannya pun demikian.

Maa syaa Alloh, ..

Maha Sayang Alloh yang sudah melembutkan hati si janda. Karena ternyata, pertanyaannya lahir dari sebuah ketakutan dan kekhawatiran karena hari ini zakat yang dia terima begitu melimpah. Dia khawatir terkena kondisi di mana dia pun harus membayar zakat fithri saking banyaknya zakat yang dia terima. Ketakutan yang berpahala. Di mana iman di hatinya membuatnya takut akan dosa jika lalai akan kewajiban membayar zakat, padahal kondisinya saat ini adalah sebagai penerima.

Andai saja para koruptor itu seperti si ibu janda yang begitu khawatir dan takut terkena dosa karena menahan harta orang lain, sementara si koruptor justru sebaliknya. Mereka begitu nafsu mengambil harta milik orang lain, bahkan dengan cara licik dan lebih jahat. Mereka lari pergi setelah berhasil menjarah harta yang bukan haknya. Atau diam tertangkap untuk kemudian mempertanggungjawabkannya. Itu pun tidak ada hukuman yang setimpal buat mereka karena harusnya koruptor dimiskinkan, bukan kemudian nafsu mau mencalonkan diri lagi sebagai "wakil rakyat". Mereka lebih jahat dari teroris sekali pun. Karena mengambil hak orang lain lalu memperkaya dirinya sendiri. Semoga satu saat, hukuman bagi para koruptor akan sama seperti di negara lain yang menerapkan hukuman mati saking jahatnya mereka.

Antara ibu yang janda dengan koruptor, sungguh.. bahwa iman telah membedakan ke duanya. Si janda yang ekonominya terbatas dan si koruptor yang kaya karena menjarah harta orang lain, ke duanya punya tempat berbeda di mata siapa pun.

Jagalah iman dengan terus beramal sholeh. Jagalah iman dengan menjauhi maksiyat. Jangan sampai karena dunia yang sementara ini, iman akan tergadaikan.

Eka Rosaria

Jumat, 11 Mei 2018

Ibroh

Taqdir

Hari ini sempet lupa kalau jadwalnya mau diurut, padahal udah pesen dari jauh hari. Baru ingat begitu lihat jam 9 tadi. Sementara pager sudah digembok dan kuncinya dibawa. Antara gemes dan geregetan. Tapi mencoba santei dulu. Benar saja, mbak yang mau urut datang di jam sembilan seprapat. Sementara saya bingung nyari kunci, siapa tau yang satunya ada di rumah. Tapi nihil. Dicari kesana kemari ga ada. Mau nanya rumput yang bergoyang juga ga bisa, karena ini musim hujan, rumputnya basah.

Pagi sebelum berangkat, sebenernya suami bilang kalau ga bawa kunci. Entah kenapa akhirnya itu kunci dibawa juga. Alhasil pagernya digembok. Ya sudah lah. Padahal ada dua. Biasanya dia lupa. Satu kunci di tas, satu lagi dibawa karena nutup pager. Emang suami saya menggemaskan kalau sudah urusan begini. Ga bisa marah, palingan dia datang senyum-senyum. Apalagi kalau sekalian bawa oleh-oleh, maka kita harus menyambutnya dengan penuh suka cita. Jangan ada marah di antara kita. Apalagi kalau bawaannya rawon sapi atau sop janda.

Alhamdulillah si mbaknya baik hati. Malahan dia nanya ke saya butuh apa, ada makanan di rumah apa ga,  barangkali ada yang mau dibeli, nanti dia yang belikan. Saya jawab saja ga perlu, gpp. Saya minta maaf karena sudah bikin janji tapi belum bisa tepati. Saya tanya lagi jadwalnya urut untuk besok, ternyata sudah  penuh. Yah, bukan rezeqi saya untuk hari ini dan besok. Qodarulloh dia-nya juga lagi shoum dan kelihatan rada butuh istirahat juga. Pas lah.  Meskipun saya jadi berasa ga enak, tapi Qodarulloh begitulah akhirnya.

Kadang-kadang dan bahkan sering, kita kesel karena keinginan tidak terpenuhi. Tapi ternyata memang itu lebih baik. Saya yang nyari kunci tapi ga ketemu, mbak-nya yang lagi shoum dan juga butuh istirahat. Akhirnya saling ikhlas. Menerima taqdir terkadang harus kecewa dulu. Tapi nyatanya, apa yang terjadi hari ini, itulah yang terbaik. Barangkali saya bisa melakukan hal lain. Dan kembali sabar dengan apa yang dirasakan sekarang.

Eka Rosaria
Cerita emak emak

Ibroh

Saya

Entah kenapa, senang denger curhatan orang lain. Asal tidak diulang-ulang. Berusaha menjadi pendengar yang baik. Ngasih solusi jika bisa. Jika tidak, cukup mendoakan. Semoga apapun masalahnya, segera selesai dengan baik.

Bukan karena saya punya sesuatu jika ada yang senang curhat. Hanya berusaha mengimbangi dan tetap memberikan semangat, tidak menghakiminya. Bahwa masalah dunia ini hanya sementara. Kuncinya banyakin istighfar.

Padahal, masalah sendiri saja sudah bejibun. Kadang justru merasa terpuruk, sedih, susah. Tapi mendengarkan curhatan orang lain itu seringkali menjadi cermin, bahwa ternyata masih banyak yang dikasih masalah lebih berat. Di situlah letaknya bersyukur.

Apa yang saya tulis, adalah satu kenyataan. Karena saya merasa kesulitan ketika membuat tulisan cerita karangan. Entah itu poligami, pelakor, dll. Semuanya kisah nyata. Jika ada yang menyarankan saya jangan menuliskannya, terutama soal poligami karena saya tidak mengalaminya, itu terserah. Saya hanya menuliskan kisah nyata. Tidak memberikan opini berlebihan. Karena syarat dan ketentuan poligami adalah hal jelas, tidak perlu dirubah.

Kejadian dan ujian yang menimpa banyak teman saya, itu semua membuat saya belajar. Bahwa hidup tidak mulus seperti jalan tol masa dulu. Karena sekarang pun banyak sekali bolongnya, rusaknya. Hidup akan selalu diuji dengan kebahagiaan dan kesedihan. Karena muaranya adalah syukur dan sabar.

Inilah saya,
Eka Rosaria
Cerita emak emak

#lagi nyimak curhat istri yang mau diceraikan suaminya karena istrinya sakit dan dia-nya selingkuh. Ingin menikahi selingkuhannya. Istri rela dipoligami asal jangan dicerai. Tapi perempuan selingkuhannya tidak mau dimadu. Maunya hanya dia sendiri yang memiliki suaminya. ???

Etika

Adab

Saya lebih suka disapa dan didoakan.

"Assalamualaikum, pa kabar, Ka? "

Atau,

"Baarokalloh"

Saya lebih menyukai kalimat itu yang dikirim ke wa saya. Daripada segala artikel atau tulisan yang dikirim tanpa kenal waktu, tanpa mau tau kabar dan menyapa.

Saya juga menyukai setiap jamaah ibu-ibu yang memberikan jadwalnya suami, tapi selalu diawali dengan doa dan sapaan. Bahagia hati saya. Yang intinya ada obrolan di antara kita.

Atau siapa saja yang menyapa dan bertanya. Kemudian diakhiri dengan kalimat,

"Kakak doakan semoga Eka dan keluarga selalu sehat, ya!"

Entah kenapa, saya bahagia banget dikirimi kalimat itu. Jazaakumulloh khoir, kak Junai. Jujur, seneng sekali kalau sudah didoakan seperti itu.

Tapi sebaliknya, saya sangat tidak suka dikirimi segala tulisan panjang kali lebar. Dari yang isinya taushiah sampai iklan, tapi tidak ada kalimat lainnya. Bahkan ada nomer yang baru masuk. Tetiba rajin ngirim tulisan, hanya itu, tidak ada lain. Disapa balik pun tidak jawab. Maka terpaksa saya blokir. Maapkan kalau saya tidak suka dengan segala bentuk kiriman tulisan tanpa ada adabnya. Saya memang merasa terganggu. Apalagi kalau suara hape saya nyalakan keras. Karena segala chat penting dan jadwal suami semuanya masuk ke hape saya. Hape adalah alat komunikasi. Pastinya dua arah. Maka kalau hanya butuh kirim-kirim saja, silahkan kirimkan ke wa grup saja, bukan ke wa pribadi.

Saya hanya mau hemat energi saja. Karena kadang kita lagi sibuk atau konsen dengan kerjaan, tiba-tiba ada chat wa masuk kemudian kita harus lihat karena dipikir penting. Tapi ternyata cuma gitu saja, tanpa ada sapaan apa pun.

Bagi siapa saja..
Beradablah saat kirim apa pun ke wa pribadi. Tambahkan kalimat sapaan dan doa agar hati yang disapa bahagia.

Dan satu lagi,
Jika kita ingin ngobrol langsung dengan siapa pun, ada baiknya bertanyalah dahulu. Karena bisa saja sedang sibuk dan repot.

Sekian
Baarokalloh fiik untuk siapa pun yang mendoakan saya. Semoga doa yang sama untuk antum semua.

Etika

Tutupi aib rumahtangga kita

Dulu sekali, di sebuah status fb. Saling sindir dengan nada marah terjadi antara suami istri. Mereka saling komentar negatif. Entah apa masalah yang sebenarnya terjadi antara mereka.

Saya hanya menontonnya. Tidak perlu ikut komentar meskipun hanya sekedar menasehati. Lebih memilih diam. Karena belum tentu akan memperbaiki keadaan. Salah-salah bisa jadi tambah runyam. Biarkan mereka menyelesaikannya berdua. Sudah dewasa. Seyogyanya tahu persis, bagaimana seharusnya.

Bertahun berlalu, saya mendengar mereka akhirnya bercerai. Saya hanya bisa melihat dan mendoakan. Semoga itu pilihan yang terbaik buat mereka.

Dalam hati, saya hanya berfikir. Semudah itu menampakan masalah pribadi di sosmed?  Sudah hilangkah rasa malu?  Padahal mereka hanya perang komentar dan tidak banyak aib yang diumbar. Itu saja sudah bermasalah. Karena sejatinya masalah antara suami istri itu harus tertutup rapat dari penglihatan siapa pun.

Tapi hari ini?

Segala aib rumahtangga diumbar berserakan seperti sampah di jalananan umum. Dari hanya sekedar tulisan sampai video. Semuanya terbuka. Dibaca dan ditonton sekian banyak orang. Padahal jika pun ingin mengambil sebuah pelajaran dari permasalahan rumahtangga, cukup ditulis tanpa menyebutkan detail nama dan tempat.

Pak..
Bu..

Adakah suami istri tanpa masalah dalam rumahtangganya?

Jawabnya : tidak ada

Semuanya pasti ada ujiannya sendiri. Tinggal kita nyari ilmunya dan mengamalkannya.

Suami punya kekurangan. Istri juga punya kekurangan. Maka muaranya adalah saling menerima dan introspeksi diri. Saling menutupi. Berusaha menyelesaikan masalah dengan baik dan tertutup. Serta memohon pertolongan dengan sholat dan sabar.

Bukankah begitu?

Eka Rosaria

Umroh

Bagi yang punya kecukupan uang, berangkat umroh atau haji adalah hal yang tidak sulit. Meski begitu banyak sekali yang ternyata banyaknya uang tidak menjamin seseorang ditaqirkan sampai ke tanah suci. Tapi bagi yang uangnya pas dan bahkan kurang kemudian ditaqdirkan bisa sampai kesini untuk umroh atau haji, adalah hal yang luar biasa.

Ada banyak kisah haru tentang seseorang yang secara matematika sendiri tidak mungkin berangkat umroh atau haji. Tapi matematika Alloh beda dengan kita. Dengan niat, usaha dan tawakkal, lalu kemudian Alloh cukupkan rezekinya.

Segalanya tidak selalu harus ada uang. Meski uang tetaplah harus ada.

Contohnya,
Seorang yang hanya jualan kangkung, ternyata ditaqdirkan bisa menunaikan umroh atau haji. Karena ternyata, selain kangkungnya dijual, tanahnya juga ikut dijual. 😅

Tetap optimis bahwa Alloh itu sangat mudah untuk mencukupkan harta orang yang sudah niat dengan kenceng dan segala usaha dan doa dilakukan.

Tetap semangat, pemirsah
Salam pagi menjelang siang dari bumi Mekkah, tanah kelahiran Rosulullooh shollalloohu 'alahi wa sallam. Tanah dimana ada ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrohim 'alaihissalam dan anaknya, Nabi Ismail 'alaihissalam. Kota mulia yang selalu menjadi magnet bagi setiap hati yang beriman.

Ceritanya nyusul, yaa
Cerita tentang jamaah yang saya temani perjalanannya sampe ke tanah suci, padahal uangnya baru sampai mimpi. Tapi Alloh wujudkan mimpinya..
Semoga semua teman saya, siapa pun, segera menyusul.

Bangun impian, wujudkan dengan kenyataan.

Baarokalloh fiik

Etika

Saat kita mengajari orang lain supaya mau membantu kita, maka saat yang sama kita juga harus mengajari diri sendiri supaya tidak membebani orang lain.

Ada banyak orang yang begitu mudah meminta dan menyuruh orang lain membantunya tanpa berfikir bahwa orang lain terbebani, dengan alasan harus saling tolong. Menolong itu harus. Tapi kita mewajibkan pada diri, jangan menjadi beban bagi orang lain.

Ada seseorang yang mendapat kemudahan dengan dibebaskan dari satu biaya karena posisinya, tapi kemudian tidak mengambilnya karena tidak ingin biayanya menjadi beban bagi yang lain. Baginya, inilah izzah. Dia tidak ingin merepotkan siapa pun.

Tapi kemudian ada yang dengan mudah menyuruh ini dan itu, memberikan alasan bahwa menolong adalah investasi. Itu betul. Tapi terkadang menjadi hal yang justru tidak bagus saat menjadi beban bagi yang lain.

Biasakan menahan diri untuk tidak mudah menyuruh ini dan itu kepada orang lain. Agar izzah kita terjaga.

Etika

Menjaga perasaan

Seorang ibu fulanah terlanjur curhat saat ditanya temannya. Tentang anaknya yang suka buka hape ortunya tanpa izin, kemudian mengubah status medsosnya. Fulanah resah meski bisa jadi itu hal sepele. Karena terkadang bagi yang melihat dan membaca, akan dianggap itu adalah perbuatannya, bukan anaknya.

Kemudian si teman berkomentar. Bahwa dia merasa aneh dengan kelakuan anaknya fulanah. Dan bilang bahwa,

"Alhamdulillah, beda ya sama anak saya. Kalau anak saya sama sekali tidak berani ambil dan buka-buka hape ortunya."

Sekilas biasa saja.

Tapi bisa jadi itu hal yang tidak nyaman buat fulanah. Memandang tidak baik perbuatan anaknya si fulanah, lalu tanpa sadar membanggakan anaknya sendiri.

Itulah yang sering tidak kita sadari.

Saya tahu persis saat ada beberapa teman yang anaknya, Subhaanallooh, perilakunya sungguh diluar batas. Ada yang senang mencuri. Tidak mau sekolah dan akhirnya bergaul dengan orang-orang yang tidak baik. Merokok, juga entah sholat entah tidak. Padahal kedua orangtuanya rajin hadir di majlis ilmu, rajin sholat jamaah di masjid. Mereka, ortunya, adalah orang yang baik di mata saya. Dan saya, juga teman yang lain, berusaha untuk bersikap biasa ketika dihadapannya. Tidak pernah membicarakan soal kelakuan anak kita, apalagi anaknya. Yang pasti akan membuatnya merasa malu.

Bagaimana pun juga, saat di mata orang lain ada stigma bahwa perilaku anak adalah hasil didikan orangtuanya, sementara yang terjadi terkadang tidaklah seperti itu.

Melahirkan anak dengan segala bawaan sifat dan karakternya, tentu bukan keinginan setiap orangtua. Sama halnya dengan seorang anak yang tidak bisa memilih dari ibu mana dia dilahirkan. Semuanya taqdir. Alloh lah yang menentukannya.

Saya percaya, bahwa orangtuanya sudah mendidiknya dengan baik, dengan aturan yang sesuai. Tapi jika ternyata akhirnya tidak seperti yang diharapkan, lantas bisa apa?

Inilah ujian bagi orangtua. Sebagaimana seorang Nuh Alaihissalam dikaruniai anak yang bernama Kan'an yang ternyata masuk dalam golongan ahli neraka. Padahal ayahnya sudah mengajaknya untuk ikut bersamanya.

Maka, sepatutnya juga bukan hal yang harus terus diratapi. Tapi sebagai bahan yang harus disabari. Agar kelak menjadi saksi, bahwa ujian itu membawanya pada pahala tak terperi.

Ada banyak kasus, seorang anak dengan orangtuanya berititel haji. Titel yang setiap orang berpendapat bahwa anaknya seharusnya  punya sifat yang baik. Tapi ternyata di kemudian hari justru jadi murtad karena menikah dengan orang kafir. Banyak orangtua yang akhirnya memutuskan hubungan darah. Tapi tidak sedikit juga yang akhirnya bersikap pasrah.

Maka dari itu, ada baiknya jika kita mampu menjaga perasaan teman kita saat kondisi anaknya berbeda dengan anak kita. Hiburlah dengan kalimat yang baik. Jangan justru dijatuhkan. Agar rasa sabarnya senantiasa dia lakoni dalam hidupnya. Karena ujian setiap orang itu tentulah berbeda.

Semoga kita sebagai orangtua, dimampukan Alloh mendidik anak dengan sebaik-baiknya dan semampu usaha kita. Serta selalu menyebut namanya dalam doa kita.

Eka Rosaria
Bekasi, maret 2018

Emak yang sama belajar dan tidak bosan mendoakan anaknya.

Ibroh

Bukan Aib

Beliau menegaskan ungkapannya, berkali-kali. Seolah khawatir jika pendengarnya tidak mengerti.

"perceraian bukanlah sebuah aib. Kalau memang pernikahan tidak membuat bahagia, untuk apa diteruskan. Tidak perlu merasa aneh melihat orang lain yang bercerai, karena toh ada contohnya dari Rosulullooh shollaalloohu alaihi wa sallam. Beliau pun pernah menceraikan istrinya."

Pernah heran saat melihat teman atau orang lain bercerai?
Saya pun begitu.

Terkadang ikut merasa sedih dan menyayangkan. Kenapa harus bercerai?  Apakah tidak bisa lagi diperbaiki?

Tapi kembali lagi. Bahwa garis taqdir setiap orang tidaklah sama. Sunnatulloh dalam kehidupan kita. Ada pernikahan, maka ada perceraian. Sebagaimana Alloh pergilirkan siang dan malam. Sedih dan bahagia. Semuanya sudah tercatat.

Pernikahan perlu landasan rasa bahagia saat menjalaninya. Juga faktor -faktor yang menyertainya sehingga tercipta harmoni antara suami istri.

Zaman Rosulullooh shollaalloohu alaihi wa sallam, pernikahan dan perceraian begitu mudah.

Sebagaimana ada seorang wanita yang datang kepada beliau mengadukan kondisinya. Dinikahkan bapaknya tanpa rasa cinta di hatinya. Kemudian minta izin agar bisa bercerai dari suaminya. Rosulullooh pun mengizinkan dan menyarankan mengembalikan mahar yang sudah diterimanya.

Berlalu masa. Begitu banyaknya permasalahan yang menyertai perjalanan rumahtangga seseorang, bahkan sampai pada hal-hal yang sifatnya menyakiti secara fisik dan psikis. Ada yang jadi korban kdrt, ada yang tidak dinafkahi dll. Maka jika berlarut tanpa perbaikan dan timbul madlorot lebih besar, maka jalan cerai boleh diambil.

Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah, saat kita menerima pengaduan suami atau istri, maka ambil kesaksian dari keduanya, bukan hanya sepihak. Agar bisa diambil keputusan yang adil. Karena masalah dalam rumahtangga pastinya ada andil keduanya.

Alloohu'alam bishshowaab.

Eka Rosaria

Ibroh

Teman tapi miris..  😀

Zamannya masih aktif bb, saya ada teman yang akhirnya saya buang. Ga ada kata dibuang sayang. Karena ditahan pun tidak menyenangkan.

Awalnya bertemu di satu pelatihan salon. Sempat pergi pulang bareng karena nebeng sama asisten sang mentor. Usianya jauh lebih tua dari saya dan orangnya juga modis.  Sampai akhirnya tukeran pin bb.

Sempat cerita saat di perjalanan. Tentang anaknya yang kondisi ekonominya sangat bagus, biasalah namanya ibu kan kadamg seneng aja menceritakan betapa anaknya sukses ini dan itu. Dan entah kenapa, saya termasuk yang paling males mendengarkan cerita model begitu. Maapkan. Nyimak orang yang senang menceritakan soal 'dunia' paling bikin males. Karena buat saya itu sangat ga penting.

Dia juga cerita kalau sempet ngelesin anak belajar piano dengan bayaran cukup lumayan.

Lanjut kadang nyapa di bb. Kemudian mulailah dia beraksi.

Pertama nawarkan barang yang aslinya saya sudah punya. Saya tolak dengan halus. Karena memang saya lagi ga butuh juga.

Selanjutnya ngajakin ke acara seminar soal travel haji dan umroh dengan tawaran ini dan ini yang dibuat semenarik mungkin. Dan ujung-ujungnya ngajakin umroh dan haji dengan cara kalau bisa bawa orang, akan begini dan begitu. Saya tolak juga.

Terakhir dia malah mau pinjam uang yang katanya akan dikembalikan beberapakali.

Agak aneh kadang. Baru juga kenal sehari lalu sibuk nawarin saya ini itu dan akhirnya malah pinjem uang.

Saya bilang, maapkan. Saya jadi ga respek.
Cerita tentang jalan-jalan naek pesawat ini itu dan punya anak sukses ini itu, lalu berakhir minjem duitnya ke orang yang baru sehari kenal. Kemana anak-anaknya?

Ini bukan masalah tolong menolong. Tapi ini tentang adab berteman. Dia sibuk melihat kira- kira keuntungan yang bisa diambil dari saya soal dunia. Lupa kalau saya sungguh ga nyaman berteman dengan yang model begitu.

Akhirnya saya buang dari list teman. Berteman itu nyari nyaman. Pake hati. Tidak untuk mencari keuntungan dunia. Kecuali yang memberikan keuntungan akhirat.

Bertemanlah dengan siapapun tanpa harus menceritakan kesuksesan kita, punya ini punya itu, jalan ke anu piknik ke anu. Karena semuanya ga penting. Apalagi jika teman kita kondisinya sebaliknya dari kita. Belajar menahan diri untuk tidak sibuk bangga dengan dunia yang kita punya. Karena ternyata mati pun tidak akan ditanya punya apa kecuali digunakan untuk apa.

Itulah teman tapi miris, alias ttm 😂

Eka Rosaria

Etika

Etika bertanya..

Seorang bapak mengajak ngobrol pak ustadz ketika mengikuti acara manasik haji dan umroh. Menceritakan kebahagiaannya karena tak lama lagi akan mengunjungi tanah suci untuk beribadah. Auranya sangat terlihat. Karena memang, bahagianya dimampukan haji atau umroh itu terasa beda dibandingkan ketika bisa jalan-jalan ke negara lain. Tak dapat digambarkan. Haru, nangis senang. Rela mengeluarkan berapa pun untuk bisa sampai kesana. Bahkan setelahnya pun ingin kesana lagi.  Gambaran rasa saat dimampukan menjalankan rukun Islam, itulah bedanya.

Pak ustadz dihadapannya ikut bahagia. Kemudian menimpali dengan pertanyaan,

"bapak ketika haji atau umroh tahun berapa? "

"o, belum pernah, pak ustadz." si bapak menjawab. Kemudian melanjutkan obrolannya.

Pak ustadz membahasnya,

"kalau kita menghadapi orang sedang bercerita bahagianya mau haji atau umroh, maka jangan pernah bertanya kepadanya dengan tanya seperti ini, "sudah haji atau belum?", karena bisa jadi malah akan membuatnya tidak nyaman. Maka bertanyalah dengan tahun berapa pernah berangkat umroh atau haji, karena dia akan semakin semangat dengan keberangkatannya."

Terkadang, tanpa sadar kita sering salah bertanya. Atau tepatnya kurang tau etika bertanya supaya membuat orang lain nyaman ketika menjawab. Hal ini barangkali sepele. Tapi inilah sebagian dari HABLUM MINANNAAS. Sehingga menjadi manusia yang nyaman ketika bergaul dengan manusia lain.

Sama saja ketika ada teman yang belanja satu barang dan di mata kita harganya kemahalan. Terkadang dengan spontan kita memotongnya dan bilang bahwa barang yang sama kita beli tapi lebih murah. Seharusnya, bikin dia nyaman. Katakan bahwa berapa pun harganya, yang penting kita punya uang untuk membelinya.

Yang sepele tapi kadang terlupakan.

Eka Rosaria

Ibroh

Jembatan

Bertemu dengan seorang teman lama, bahagia rasanya. Meski awalnya sempet bingung juga karena namanya bukan asli seperti dulu saat masih santri. Berpisah hampir 27 tahun karena dia keluar saat baru kelas 1. Ketemu lagi baru lewat medsos, belum pernah bertemu nyata. Tak apa. Akan ada waktunya bertemu dan semoga dipertemukan Alloh dalam kebaikan.

Saya masih ingat dengan tampilannya yang cuek, khas dirinya. Mudah tertawa dan periang, bahkan sering begitu lucu. Alhamdulillah, dia masih istiqomah dengan jilbabnya, masih menutup aurotnya dengan baik meski bukan jilbab lebar apalagi cadar, meski bukan gamis seperti saat kami santri dulu. Karena bagi saya, kebaikan seorang muslim tidak hanya dinilai dari lebarnya jilbab, asal dadanya tetap tertutup serta tidak berbaju ketat, Alhamdulillah. Di saat ada banyak santri yang akhirnya lepas jilbab dan bahkan berbaju minim.

Tapi bagi saya, temen tetaplah teman. Dulu dan sekarang. Jika pun ada yang berubah, semoga Alloh sapa kembali hatinya dengan hidayah.

Saya lupa entah bagaimana awalnya sampai akhirnya saya tahu kalo itu dia, teman nyantri dulu. Kemudian berlanjut dengan obrolan khas teman lama baru bertemu.

Dia bertanya, apakah ada teman kita yang yatim atau janda yang sekiranya memang perlu dibantu. Saya meng-iya-kan. Saya sampaikan datanya, dan saya mintakan langsung nomer rekeningnya ke yang bersangkutan, supaya uangnya dikirim langsung saja, tidak lewat saya.

Alhamdulillah, ini untuk kesekian kalinya dia titip pesan,

"Ka, tolong sampaikan, ini buat fulanah"

Lalu saya kirim ulang ke fulanah. Dan dia membalasnya dengan emot nangis haru. Seraya mendoakan dengan banyak doa kebaikan.

Dia titip pesan supaya fulanah jangan pernah tahu kalau teman saya ini yang mengirimkannya, jadinya setiap dia kirim uang, maka pasti disampaikan ke saya.

Terbayang oleh saya, bahagianya fulanah. Saat kematian suaminya sering membuatnya sedih, teruatama saat melihat anak-anaknya, tapi satu teman ikut membahagiakannya.

Alloh lah yang kuasa menggerakan hati teman saya untuk memberinya sedikit kebahagian itu. Dan bukti nyata bahwa setiap orang sudah pasti ada rezeqinya yang Alloh siapkan, lewat siapa pun.

Saya hanya jembatan. Semoga tetap memberikan manfaat dan pahala yang terus mengalir untuk teman saya, fulanah, saya, kami semuanya.

Bahagiakan anak yatim, karenanya akan menjadi tetangga dekat Rosulullooh nanti saat di surga. Rosulullooh mengatakan, "ana wa kaafilul yatim kahaataini" sambil memperlihat dua jari yang berdekatan. Duhai, dekat sekali.

Baarokalloh fii kum wa ahlii kum wa maali kum.

Alloohumma baarik li ummatii fii bukuurihaa. Doa Rosulullooh shollaalloohu alaihi wa sallam  untuk ummatnya yang berbuat baik di pagi hari.

Alloohumma a'thi munfiqon kholafan. Semoga Alloh memberikan ganti bagi orang yang berinfaq. Doa Malaikat bagi siapa yang berinfaq.

Jadilah jembatan kebaikan, semoga Alloh balas dengan berlipat keberkahan.

Alhamdulillah,
Cerita Eka Rosaria
Bekasi, april 2018

Iteung part 6

Iteung ke Jakarta (lagi) 😅

Pagi-pagi Iteung rada galau. Tersebab bingung di antara dua pilihan. Antara ngekorin si Bapak, atau nurutin maunya Sarah ke pameran buku. Ga sempet sholat istikhoroh, karena si Bapak sudah bilang,

"Ya udah mending sekalian jalan-jalan aja sanah!"

Baiklah. Itu artinya ga mau di ekorin. Padahal nih Iteung aslinya maless banget mau keluar rumah. Enakan tidur. Karena nyupir (nyuci piring) dah beres, nyetir juga(nyetrika). Bayangannya sih, ngelempingin badan karena dari kemaren udah kebanyakan ngukur jalan. Capek. Iteung ga biasa ngelempeng- ngelempingin alis, apalagi merah-merahin bibir.

Akhirnya galau berakhir. Cuslah kita ke pameran buku. Bukan mau borong seperti kata emaknya faiz, tetangga rumah. Cuma nyuci mata ajah. Lihat buku berserakan dan diskon bertebaran, cukuplah buat hiburan. Sekalian mau ketemuan ama mpok Dian, si Encih yang baru pindahan dari Balikpapan.

Kali ini kembali ketemu sama bis kota. Bis penuh drama pengamen jalanan yang ga abis-abis nyumbangin lagu sambil nyodorin kenclengan, entah kapan kelarnya karena gantian bolak-balik kayak setrikaan. Berakhir sudah kalau sudah di jalan tol. Alhamdulillah.. Ribet asli, nyanyi seikhlasnya. 😅

Dari rumah pake roda dua, nyambung pake roda enam atau delapan. Biar bisa tidur nyaman. Entah kenapa, Jakarta itu ramai, tapi panas dan bikin kepala sering keliyengan. Benarlah kalau safar itu separoh azab, sering nyiksa kalau sudah pusing kepala. Terpaksa Iteung bekel pil ATM alias antimo anti  mabok. Jangan ada yang ngetawain,ya. Biarlah begini, meski cuma Bekasi-Jakarta yang penting nyampe.

Meski males akhirnya tetep berangkat. Kadang mikir aja, biarlah Sarah seneng dan nyimpen kenangan kalau emaknya akhirnya mau nganter dia. Karena sejak dulu saya lebih anteng jahit daripada banyak keluar jalan-jalan. Saatnya emak-emak banyak pikenik biar awet muda, katanya 😳Padahal deuhh.. Kebayang banget siang-siang ada di rumah dan tidur lelap. Ga papah. Mari kita nikmatin ajah!

Pil atm mulai bekerja. Biarlah Iteung sejenak mengheningkan cipta.

Apapun kegiatan para emak hari ini, selamat menikmatinya. Semoga jadi kenangan indah buat keluarga. Capek hari ini, smoga jadi indah di hari depan.

Katanya kemaren hari Kartini, padahal kemaren hari sabtu 😉

April 2018