Kamis, 04 Januari 2018

Jangan asal

#poligami

Astaghfirullooh..
Kalimat awal yang seyogyanya diucapkan, memohon ampunan Alloh atas hal salah yang dilakukan dengan sengaja atau pun tidak. Inilah kelemahan manusia pada hakekatnya.

Saat surat almaidah bicara tentang pentingnya pemimpin muslim, maka kemunafikan muncul secara nyata. Yang menerima dan menolak tak lagi mampu disembunyikan. Maha Adil Alloh. Itulah sunnaatulloh.

Pun saat ayat poligami digaungkan dan kemudian dibuktikan dengan beberapa ustadz yang melakukannya. Saat itu, tampaklah siapa yang mendukung dan tidak mendukung. Bahkan ada yang sampai membenci dan mencaci pelakunya.

Jikalau yang berkomentar tidak setuju kemudian marah adalah orang kafir, itu bukan masalah. Tapi jika yang komentar adalah muslim dan muslimah yang notabene faham, maka ini adalah musibah.

"Umi, gimana nanti kalo suaminya poligami. Umi siap, ga? ".

Pertanyaan itu sudah sering saya terima. Maka jawaban saya adalah. Saya bergantung pada taqdir Alloh saja. Hal itu belum terjadi sama saya. Maka saya kesampingkan rasa takut itu dan lebih berfikir bagaimana menjadikan rumahtangga yang saya jalani menjadi wasilah sampai ke jannah. Terus ketakutan akan taqdir yang belum terjadi juga untuk apa?

Apakah saya sok kuat?
Jawabannya tidak. Bahkan saya sangat lemah. Lemah sekali. Tapi apalah daya kita sebagai manusia biasa. Bukankah memang tugas kita menerima dan mengimani taqdir?

Maka saya heran, saat ada muslimah dengan marah tidak terkendali menanggapi poligami seorang ustadz yang menjadi berita hangat di tanah air. Kemudian tetiba berfatwa kalau poligami harus dengan janda tua banyak anak. Katanya itu sunnah Nabi.

Istighfar lagi...
Semua istri Nabi usianya di bawahnya saat beliau nikahi. Hanya satu yang usia cukup sepuh, yaitu Saudah. Mereka ibu kita, ummahatul mukminin yang mana mereka adalah wanita pilihan yang sangat istimewa. Bahkan di antaranya ada yang langsung Alloh nikahkan dengan beliau.

Bahkan dalam buku 'mimpi-mimpi orang sholeh', semua istri Nabi sebelumnya diberi mimpi oleh Alloh bahwa mereka akan menikah dengan lelaki paling mulia, yaitu Muhammad shollalloohu 'alaihi wa sallam.

Apa hubungannya tulisan saya?

Wahai Muslimah..
Jangan ketidaksukaanmu atas poligami ini menyeretmu akan fitnah tanpa sadar. Ummaahaatul mukminin adalah janda muda. Bukan tua seperti yang kalian tuduhkan. Mereka ibu kita yang mulia.

Maka, tahanlah nafsumu. Jangan sampai justru ketakutanmu akan menjadi kenyataan dalam hidupmu.

Apalagi sang ustadz pelaku poligami itu tidak sedikit pun membuat duniamu rugi. Malah bisa jadi nafsumu yang membuat akhiratmu rugi. 

Kita hanyalah penonton bagi kehidupan orang lain. Tugas kita mendoakan dan berdoa untuk kita dan mereka. Semoga Alloh berkahi. Jika pun mereka keliru,  belajarlah dari itu. Semoga kita tidak mengalaminya.

Allohu'alam bishshowaab.
Eka Rosaria
Bekasi, oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar