Sabtu, 09 Januari 2016

Sayangilah diri kita...


Kejadiannya baru semalam. Jalanan yang tadinya sepi tetiba jadi rame dan macet. Seorang anak muda pengemudi mobil dan seorang lelaki lebih tua darinya terlibat adu mulut, mereka cekcok hebat. Saya yang lewat saat itu kaget dan takut juga sebenarnya. Suaranya makin tinggi dan tidak ada yang mau ngalah. Padahal si bapak pengendara motor bawa anak kecil perempuan sekitar 3 tahunan yang duduk di depan. Saya cuma kasihan sama anaknya yang masih duduk di motor, sementara tangan bapaknya nunjuk- nunjuk si pengemudi mobil, seperti mau mukul.

Saya sempet ikutan teriak. Minta supaya anaknya diamankan, kasihan anak itu, dia juga akhirnya nangis. Pasti sangat ketakutan lihat bapaknya yang lagi emosi luar biasa. Akhirnya ada seorang pengendara motor lain yang tanggap mengambil dan menggendong anak itu.
Sementara mereka berdua terus saja adu mulut. Sampai akhirnya tangan mereka ikut main. Saling pukul. Suasana makin panas. Sementara jalanan jadi tambah macet karena semua ikut berhenti. Bunyi klakson bersahutan menyuruh minggir. Alhamdulillah, orang- orang sekitar situ turun tangan melerai dengan sekuat tenaga. Karena si bapak pengendara motor itu tetap ngotot ingin mukul, tangan dan kakinya terus saja maju. Beberapa orang pengendara punya inisiatif mengatur jalan. Sampai akhirnya jalanan kembali normal. Dan kasus mereka diselesaikan dengan bantuan orang sekitar.
Saya sempat berfikir. Ingat dengan pengalaman ketika di jalan. Betapa motor sangat mendominasi jalanan. Mobil harus ngalah jika ada motor. Di jalan itu,  mobil ibarat gula dan motor ibarat semut. Dimanapun, mobil jarang yang berani ambil jalan duluan. Bagaimana mau duluan, lha di samping kiri kanannya ada banyak motor, di depannya juga ada motor, otomatis mobil akan jalan jika motor sudah habis. Bahkan kebanyakan hari ini pengendara tidak tahu mana jalannya sendiri. Semua badan jalan dipakai oleh banyak motor, hingga kendaraan dari arah sebaliknya susah jalan. Jika tidak hati-hati, maka kecelakaan atau saling senggol pasti terjadi.
Jadi pengendara itu harus punya sabar yang banyak. Semua orang ingin duluan, saling salip atau serobot sudah jadi lumrah di jalanan. Padahal, jika mau disadari, semua orang punya tujuan sama, ingin cepat sampai tujuan. Maka jika sabar dan tertib, toh semua juga akan sampai.
Ada banyak hal yang seharusnya kita perhatikan dengan cermat ketika berkendara. Semuanya demi keselamatan bersama. Karena selamat lebih utama dari segalanya ketika di jalan.
@ Berdoa. Mohonlah kepada Alloh dengan sepenuh tawakkal agar diselamatkan dan dilancarkan selama perjalanan.
Ada cerita seorang lelaki yang selalu berinfak ketika hendak melakukan perjalanan. Menjadikan hal itu sebagai wasilah agar Alloh menyelamatkannya dari semua gangguan di jalan.
@ Memakai pengaman. Di jalanan itu polusi sangat tinggi. Angin juga cukup kencang. Pakailah baju jaket agar tidak mudah masuk angin dan penutup wajah agar terlindungi dari asap polusi. Pakai juga helm sebagai bentuk usaha agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Jangan pakai helm karena takut ditilang polisi. Jangan lupa sim dan stnk selalu dibawa.
@ Tertib dan sopan. Akhlaq seseorang juga akan terlihat ketika di jalan. Taat lalu lintas sebagai bentuk menyayangi diri dan orang lain. Jangan suka menerobos lampu merah meski ketika sepi. Karena kadang kita tidak tahu bisa saja mendadak ada kendaraan lain yang melaju. Tahan diri untuk tidak menggunakan klakson semau kita. Berlaku sopan juga jika ingin meminta jalan duluan, tidak perlu ngebut apalagi bikin kuping orang lain jadi sakit karena bunyi knalpot yang berisik.
@ Stabil dengan jalur. Jangan coba- coba meliuk- liukan kendaran di jalanan umum. Tetaplah di jalur sendiri agar pengendara lain tidak bingung. Mesti tahu jalan kita ada dimana. Biasanya motor ada di kiri dan mobil ada di kanan. Dengan begitu akan tertib dan aman. Jangan sampai juga naik ke trotoar jalan, karena itu untuk pejalan kaki. Jika ingin menyalip, ambil dari kanan dan jangan lupa lampu tanda agar kendaraan di belakang kita jadi tahu.
@ Jaga emosi. Bersabarlah sebanyak-banyaknya. Kita tidak sama dengan yang lain. Mengalah lebih baik daripada harus tegang karena saling ingin duluan.
Ada banyak lagi hal yang seharusnya kita jaga ketika berkendara. Menyayangi diri sendiri itu artinya kita juga menyayangi orang lain. Bagi suami, ada anak istri yang menunggunya di rumah. Itu artinya juga kita tidak merepotkan siapapun. Karena terjadinya kecelakaan di jalan, akan merugikan banyak orang. Bukan hanya rugi materi, tapi juga nyawa kita dan orang lain.
Selamat berkendara, jaga diri agar keselamatan jadi milik kita, juga yang lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar