Kamis, 04 Januari 2018

Tukang somay

"Soomaayyy"

"Soomaayyy"

Kira-kira begitu. Hampir setiap hari menjelang ashar suara itu terdengar. Seorang bapak tua yang menjajakan somay.

Menarik tentang si bapak tukang somay ini. Qodarulloh, kondisinya sangat memprihatinkan. Badannya sebagian kena stroke, berjalan dengan kaki diseret. Sementara usianya pun tak lagi muda. Masih punya tanggungan istri yang harus diberi nafkah. Dan tidak ada yang bisa diandalkan untuk menanggung biaya hidup sehari-hari. Tapi dia tak putus asa.

Awalnya dia datang ke rumah teman saya yang seorang terapis untuk berobat. Tapi kemudian berhenti karena tersandung tak punya biaya. Dia sendiri tak punya pekerjaan, lalu bagaimana akan membayarnya. Dia mencoba menjaga harga dirinya dengan tidak mengemis dan minta belas kasihan. Merasa malu datang lagi. Padahal teman saya sudah berulang kali sampaikan, datanglah, jangan pernah memikirkan biaya. Tapi rasa malu membuatnya tak lantas mengambil kesempatan.

Sampai akhirnya teman saya menawarkan dia untuk berjualan somay. Supaya dia ada penghasilan.

Alangkah senang si bapak tua ini. Walau pun kondisinya sakit, dia berusaha bangkit. Mengacuhkannya dan tetap punya semangat. Penghasilannya memang tidaklah banyak setiap harinya. Tapi dengannya dia bahagia.

Seorang yang menjaga harga dirinya dari meminta-minta kepada manusia, Alloh pertemukan dengan teman saya yang punya sifat penolong. Itulah keadilan Alloh.

Sementara mereka yang bahkan usianya lebih muda, tapi merelakan dirinya mengemis di jalanan, di hari qiyamat nanti akan menghadap Alloh sementara mereka tak punya wajah. Karena di dunia wajahnya mereka pakai untuk menghinakan dirinya sendiri dihadapan orang lain untuk mengemis.

Maka hargailah orang-orang yang menjaga iffahnya dengan berjualan sementara usia mereka tak lagi muda dan dalam kondisi papa.  Beli lah meski kadang kita tak butuh. Semoga itu akan membuatnya terhindar dari hal yang menghinakan.

Eka Rosaria
Bekasi 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar