Kamis, 04 Januari 2018

Poligami 1

#poligami

Seorang suami terlihat resah. Bertahun sudah dia pasrah. Saat taqdir membawanya pada situasi di mana sabarnya begitu ruah. Tapi tetap ada rindu membuncah. Hasratnya yang tersimpan, seperti tak lagi mampu bertahan. Dia memang tak lagi muda. Tapi hasrat lelaki tak pernah mengenal usia.

Hingga satu hari dia sadar, bahwa laju motornya sudah menabrak portal gang. Konsentrasinya sudah mulai hilang.  Pikirannya terasa kalut. Ada banyak kisah yang membalut. Tentang istrinya yang bertahun terbaring tak berdaya.

Sang istri terkena serangan stroke sebelah dari wajah sampai kakinya,  memorynya hilang, tak mengenal siapa pun, termasuk suaminya. Tak ada lagi senyum di wajahnya. Semuanya dingin. Dunia seperti sedang sepi.

Tapi si suami tetap sabar. Merawat istrinya meski tak lagi mengenal dirinya. Tak ada suara. Tak ada lagi keramaian seperti kemarin saat masih sehat seperti biasa. Tak ada lagi pelayanan pribadi untuknya.

Bagi suami, menahan hasrat sekian tahun bukan hal yang mudah. Jangankan bertahun, berhari saja sudah jadi masalah.

Saya masih ingat taushiah almarhum seorang ustadz,

"Ibu-Ibu harus tahu, ya. Bagaimana sebenarnya seorang suami jika 3 hari saja tidak berhubungan dengan istrinya, itu rasanya sakit."

Bertahun menahan diri, mengabdikan diri merawat istri. Kesabarannya runtuh. Itu wajar. Sangat wajar. Dan akhirnya dia memilih untuk poligami tanpa harus meninggalkan istrinya.

Keputusan menuai masalah, anak paling tua tidak terima. Marah dan menganggapnya tak setia. Padahal si anak pun sudah menikah. Tapi tidak mau peduli pada hasrat bapaknya. Tidak mau memaklumi sama sekali bahwa setia pada kondisi bapaknya adalah tak mungkin. Hasrat terpendam sudah membuatnya sakit.

Bagi saya, poligami yang dilakukan suami itu sangat wajar. Bahkan bisa jadi wajib. Karena dia membutuhkan tempat halal sebagai penyaluran.

Alhamdulillah, kesabarannya mengurus istri bertahun lamanya dibalas Alloh dengan seorang istri kedua yang sangat baik. Wajahnya cantik. Suaranya lembut dan pendiam tidak banyak bicara. Seorang janda dengan satu anak yan tak lagi muda.

Meski sang anak masih tetap menentangnya, saya tetap setuju dan mendoakannya. Semoga poligaminya diberkahi Alloh. Dan semoga hati anaknya dilembutkan.

Para istri,
Ternyata kita tidak boleh menyepelekan hasrat suami. Sampai-sampai Nabi mengatakan jika suami membutuhkan, meski istri sedang masak, tunaikanlah. Layanilah. jangan berat hati karena itu ibadah istri. Jangan sampai keengganan kita dibalas Alloh dengan cara tak terduga, lalu kita menyesal tak lagi guna.

Ada seorang ibu yang menasehati anaknya yang sudah bersuami,

"Nak, kalau sudah waktunya isya, cepatlah sholat, cepatlah rapih, jangan sampai ketika suamimu butuh, kamu malah belum siap, itu sangat ga boleh."

Semoga para istri selalu dilapangkan hatinya saat suami membutuhkan. Karena membuatnya bahagia adalah kewajiban yang muaranya adalah ketenangan. Sakinah. Inilah jalan sakinah. Semoga Alloh Rohmati rumahtangga kita. Aamiin

Eka Rosaria
Bekasi 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar