Minggu, 21 Januari 2018

Pintu Kematian

Pintu Kematian

Lelaki itu terus berdzikir. Nafasnya seperti tersendat. Keringat mengalir deras membasahi tubuhnya. Maag kronis itu membuatnya tak berdaya hampir dua bulan kurang lebih. Antara sehat kemudian kembali sakit, terus begitu. Dari awalnya tidak pernah mau berobat ke dokter saat sakit, sampai akhirnya menyerah. Ke rumahsakit, periksa dan berobat.

---

Wanita itu terus memandanginya. Rasa hatinya tak lagi menentu, seolah terbayang jelas pintu kematian itu mulai terbuka. Takut membayanginya. Mampukah dia menahan tangis jika sampai perpisahan itu terjadi?
Padahal saat itu saja air matanya tak bisa lagi dibendung.

Tidurnya tak lagi nyenyak. Sebentar bangun kemudian duduk. Melihat di sampingnya lelaki itu terlelap. Lalu memeriksa nafas melalui hidungnya. Saat hembusan itu terasa, kelegaan merajai hatinya. Bahagia. Meski sebentar kemudian tertidur, tapi kemudian terbangun oleh resah.

----
Saat kritis itu seperti nyata. Dan lelaki itu berseru,

"Ambilkan aku satu buku!"

Wanita itu bangkit, tergopoh mencarinya di lemari di luar kamar, menyerahkannya dengan gemetar.

"Bacakan aku doa yang ini!"

Bergegas diraihnya buku itu dan mulai membacanya dengan keras. Duduk dihadapannya dengan derap jantung tak beraturan. Seperti dihempaskan. Takut mulai merayapi.

"Tolong sms-kan orang-orang sholeh di antara teman dan guruku. Minta doa dari mereka. Angkat sakitku ini dan kembalikan sehat untukku!"

Si wanita menurut. Mulai mengetik satu-satu dan dikirimkan. Berharap dengan banyaknya doa orang sholeh, Alloh sembuhkan lelakinya.

-----
Lelaki itu mengajarkan, begitu lah saat dirinya sakit. Tetap sholat tepat waktu meski dengan cara yang berbeda. Bertahan dengan sakitnya sampai akhirnya jalan itu dia ambil.

Lelakinya tak punya medsos. Hingga si wanita tak perlu menuliskan di dinding fb-nya,

"Cepet sembuh ya, Bi! " (abi)
"Cepet sembuh ya, Pah! " (papah)
"Cepet sembuh ya, Yah! "  (ayah)
"Cepet sembuh ya, Pih! "  (papih)

Karena si wanita tahu, lelakinya tidak akan pernah membaca statusnya. Jika dia mau, maka tulisannya akan dia rubah menjadi permintaan kepada teman-teman dan gurunya agar sudi mendoakan lelakinya cepat sembuh.

Alloh selalu ada saat hamba NYA memintanya.
Begitulah pelajarannya.

Eka Rosaria
Bekasi, 2018 januari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar