Rabu, 20 Desember 2017

Catatan hati suami1

#catatan_hati_suami1

Seberapa pun besarnya rasa hati ingin mempertahankan, jika memang taqdirnya harus berpisah, maka tak ada yang sanggup menahannya.

"Maaf, Mi, gimana dengan istri saya, apa dia sudah bicara dengan Umi? barangkali dia berubah pikiran."

Pertanyaan yang berulang ditanyakannya setiap kali ditaqdirkan bertemu saat hendak ke masjid, sebelum akhirnya pergi meninggalkan kota ini dan segala kenangan di dalamnya. Meninggalkan semua anak-anaknya dan kenangan tentang mereka. Membungkusnya dalam rindu dan doa yang panjang. Cinta mantan belahan jiwanya tidak dapat dia pertahankan. Semuanya berakhir di meja pengadilan. Inilah taqdir cintanya. Meski jangan pernah ditanyakan, seberapa besar dia mencintai wanita yang pernah bersamanya belasan tahun ini bahkan hampir menjelang angka puluhan tahun. Bahkan saat si istri sudah jelas akan menikah lagi, dia masih terus berharap. Dia berharap saat bertanya pada saya, mantan istrinya akan mau diajak rujuk. Tapi nyatanya tidak. Akhirnya dia menyerah. Selesai semuanya.

-------------
Seorang wanita pernah mengutarakan keinginannya agar suaminya belajar kitab yang selama ini hanya bisa dipelajari lewat bangku kuliah ,ingin suaminya menjadi seorang yang berilmu, jika bukan dikatakan ingin menjadi seorang ustadz. Dia menganggap jika suaminya mampu seperti yang dia inginkan meski tidak punya latar belakang pendidikan pesantren dan setaranya sebelumnya.

Keinginan yang bagus. Meski terkesan dipaksakan. Karena kondisinya yang sudah berbeda.

Cita-cita si wanita, mendambakan seorang suami ustadz. Keinginan yang tidak wajar saat sudah bersuami dan ternyata suaminya bukan ustadz. Dia merasa bangga jika punya suami berilmu dan bisa membaca Kitab-kitab.

------------

Akhirnya si wanita tercapai keinginannya. Menikah dengan seorang ustadz yang usianya jauh lebih muda. Diawali dengan hubungan terlarang. Berawal dari sms yang saling berbalas, kemudian saling telpon dan curhat masalah rumahtangga, sampai akhirnya memutuskan khulu'atas suaminya.

Inilah kebahagiaan bagi syetan yang berhasil menghancurkan rumah tangga anak Adam. Rumahtangga yang awalnya baik-baik saja. Si istri wanita yang baik, begitu juga dengan suaminya. Akhirnya hancur berantakan. Meninggalkan rasa sedih dan sakit di hati anak-anaknya dan orang sekitarnya yang masih berharap rumahtangganya utuh.

Inilah yang saya khwatirkan jika seorang wanita sudah berani curhat masalah rumahtangga pada lelaki lain. Ustadz adalah manusia biasa. Ustadz hanyalah gelar sematan dari orang lain. Toh yang paling penting, saat kita tahu tentang ilmu din, maka tugas kita adalah mengamalkannya. Mulianya manusia bukan hanya karena gelar semata, tapi semuanya karena taqwa.

Eka Rosaria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar