Kamis, 04 Januari 2018

Catatan 2

#catatan_hati_istri2

Satu hari pernah ketemu temen, dan ngobrollah kita. Dia mengeluhkan seorang temannya yang suka nelpon ustadznya di jam yang tidak biasanya. Di atas jam 9 atau jam 10 malam. Sudah diingatkan. Entah berubah atau tidak. Yang jelas temannya saja merasa risih, apalagi istri yang ditelpon.

Tentang nelpon.
Seharusnya kita tahu bahwa tidak setiap orang yang kita telpon itu waktunya banyak. Maka alangkah baiknya sebelum nelpon sms dulu. Supaya tahu siap dan tidaknya. Karena terkadang ibu-ibu yang curhat itu butuh waktu tidak sebentar.

Tentang waktu.
Cobalah kita berfikir, bahwa setiap orang punya waktu istirahat yang harus kita hargai. Apalagi nelpon malam-malam. Di atas waktu isya, biarkan orang yang mau kita telpon menikmati waktu istirahatnya. Dan rasanya kurang beradab jika kita nelpon larut malam.

Tentang isinya.
Jika kita punya masalah, carilah tempat yang tepat. Sesama wanita. Jangan kepada lelaki lain. Meskipun itu seorang ustadz. Apalagi curhat masalah rumahtangga. Terkecuali bertanya tentang hukum dan hal lain yang sifatnya umum.

Ustadz juga manusia. Berapa banyak akhirnya terjadi kasus dari awalnya nelpon curhat masalah rumahtangga, kemudian syaithon ikut urun, dan terjadilah hal yang tidak seharusnya. Hargailah keluarganya sebagaimana keluarga kita ingin dihargai.

Risihlah saat kita, wanita, istri, harus curhat masalah rumahtangga kepada lelaki lain. Karena peluang syetan akan lebih besar dan akhirnya menjadi dosa.

Saya pernah bertanya kepada teman yang seorang istri ustadz. Dia mengeluhkan hal sama, betapa banyak para ibu yang tidak tahu waktu dan tempat ketika menelpon, curhat dan hal yang sebetulnya tidak perlu.

Curhat kepada manusia tidak selalu berakhir lega. Bisa jadi memantik masalah baru. Maka solusi paling jitu adalah, saat kita punya masalah rumahtangga, bicaralah kepada orangtua yang adil. Hakim yang adil. Dan pastinya, curhat kepada Alloh itu lebih utama.

Menjaga dari curhat masalah rumahtangga kita adalah harga diri kita. Jika kita sembarangan menyampaikannya, maka jatuhlah harga diri kita.

Eka Rosaria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar