Kamis, 14 Juni 2018

Lebaran kali ini

Ada yang beda di lebaran kali ini. Sejak menikah 20 tahun lalu, hanya sekali saja saya  merayakan lebaran di kampung halaman, di Tasikmalaya. Selainnya, saya menikmatinya di tempat perantauan, atau berhitung belasan tahun ini saya lalui lebaran di Masaran, Sragen, Jawa Tengah.

Tapi kali ini saya melewatinya di sebuah kota di provinsi Sulawesi Tengah, kota Poso. Sebuah kota dengan alam yang indah. Sungguh indah. Lautan luas terbentang dengan pantai yang masih bersih dan hasil lautnya yang melimpah. Juga kebun-kebun coklat yang banyak dijumpai serta hutan alami dan sawah yang luas terbentang indah dan asri.

Kota yang masih tenang tanpa kemacetan. Masih lengang tanpa kepadatan seperti di ibu kota. Alhamdulillah, nyaman berada di sini.

Hanya malam ini saja kota terlihat macet karena ada malam takbiran keliling. Sungguh meriah. Setiap orang menikmati kemacetan ini dengan sukacita karena suara takbir saling bersahutan dari mobil-mobil yang melintas.

Takbir keliling kali ini resmi dibuka dan diizinkan oleh Bapak Bupati Poso. Bahkan kabarnya akan diberikan hadiah untuk bagi rombongan yang mengikutinya.

Pasukan dari kepolisian dan TNI dengan sigap dan ramah terlihat menjaga arus lalu lintas supaya lebih tertib dan aman. Meskipun ada saja pengendara motor yang sibuk dengan suara knalpotnya yang memekakkan telinga. Jangan coba-coba ngebut di kota yang jalannya masih sangat lengang ini, karena di sisi jalan bakalan terlihat ada spanduk dengan tulisan,

DILARANG NGEBUT !! KARENA VALENTINO ROSII PERNAH JATUH DI SINI.
😳😇😆

ini beneran, lho!
Makanya jangan coba-coba!  😆

Kota Poso dengan segala daya pikatnya yang memesona, menjadi tempat bagi saya tahun ini merayakan lebaran. Saya tak pernah lagi mengingat harus lebaran di kampung halaman. Bukan tak ingin. Tapi tugas mendampingi suami adalah satu hal yang saya nikmati. Biarlah lebaran di kota mana saja, terpenting adalah, semuanya baik-baik saja.

Sebagaimana pesan bapak saya, Alloohu yarham,

"Pergilah kemana saja yang jauh, jangan tinggal di sini. Merantaulah! Bapak ikhlas. Bahkan seandainya Bapak ditaqdirkan meninggal dan tidak sempat bertemu, Bapak akan ikhlas. Yang penting, di mana saja berada, tetaplah di jalan dakwah!"

Ah, sedih terkadang bukan karena tak ada baju baru atau makan khas lebaran. Tapi sedih adalah saat mengingat bahwa rindu ini hanya mampu mengenang kebersaman dengan seseorang yang kita cintai. Bapak sudah tak ada. Tapi ingatan tentangnya selalu ada.

Taqobbalalloohu minnaa wa minkum.

Eka Rosaria
Bumi Poso, juni 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar