Selasa, 06 November 2018

Untukmu

WAJAR SAJA

Ikhwan jomblowan...
Akhwat jomblowati...
Dan suami yang mau nikah lagi,

Menikahlah dengan ridlo Alloh dan restu orangtua. Karena itu sangat penting. Tersebab  kebahagiaan itu sangat sulit didapatkan tanpa ridlo Alloh dan keduanya.

Ridlo Alloh bisa didapat dengan cara melewati jalan menuju pernikahan itu dengan cara yang baik dan benar. Bukan diawali dengan maksiyat.

Jika dulu maksiyat biasanya dengan bertemu langsung secara fisik, maka hari ini cukup dengan dua jempol yang asik chatingan sampai tidak kenal waktu. Tidak peduli dengan perasaan istri bagi yang sudah beristri. Dan mengabaikan aturan yang sejatinya sendirinya pun sudah memahaminya.

Menikahlah dengan cara elegan, bukan semi pacaran. Karena bisikan syetan selalu sulit dikalahkan, meski dibungkus dengan kalimat ta'arufan.

Ta'aruf seharusnya bukan asik chatingan berdua, bukan asik ngobrol berdua. Karena mengenal calonmu itu tidak perlu berjalan sendirian. Ada orang lain yang bisa dipercaya menjadi perantara.

Apalagi jika hari-harimu selalu membayangkan si akhwat yang engkau impikan dan harapkan. padahal ada perasaan istri yang harus dijaga. Andai istrimu tahu bahwa hatimu dan harimu selalu terpaut pada akhwat dambaanmu sampai melupakan adab dan syariat yang harus dilalui, alangkah kasihannya istrimu.

Menikah lagi adalah boleh. Tidak satu orang pun berhak melarang seorang suami menikah lagi jika memang jelas punya ilmu dan kemampuan.  Tapi satu hal, jangan engkau awali dengan maksiyat, seremeh apapun menurutmu! Karena maksiyat itu akan membawamu pada satu masalah, yaitu perasaan 'kecewa '. Kenapa? Karena dosa itu akan menyebabkan musibah. Musibah bagi amalmu, dan juga bagi hatimu.

Maka menikahlah dengan cara yang benar. Ambil pihak ketiga sebagai perantara. Agar hati bisa tetap terjaga. Jangan anggap remeh hal ini jika tak ingin ada masalah di kemudian hari.

Dalam kisah orang-orang sholeh diceritakan bahwa ada seorang sholeh yang selalu tersadar saat ada masalah dalam hidupnya. Entah kendaraannya yang mogok atau istrinya yang rewel, atau hal lain yang membuatnya bersusah hati. Maka, pertamakali yang dia ingat adalah, 'maksiyat apa yang sudah aku lakukan sehingga Alloh menurunkan hal yang membuatku menjadi susah?'.

Begitulah seharusnya kita. Selalu menjaga hal yang dapat merusak hati dan hari kita dari datangnya keberkahan,  sekecil dan seremeh apapun anggapan kita. Karena tetap saja mengundang bala'.

Saya pun menyadari sepenuhnya tentang hal ini. Apa yang saya rasakan dalam rumahtangga, gesekan, benturan dan hal yang menyakitkan dari pasangan, sepenuhnya saya sadari, inilah akibat dari maksiyat yang saya lakukan. Semoga menjadi pelajaran dan renungan bahwa sakinah mawaddah rohmah itu didapat dari amal sholeh, bukan dari maksiyat.

Maka, wahai yang merasa gagal mendapatkan tambatan hati...
Sadarilah sejak saat ini! Bahwa kegagalan yang engkau alami hingga membuat malu dan sakit hati, tak lain dan tak bukan karena maksiyatmu kepada Alloh. Engkau tidak melewatinya dengan cara yang baik benar. Sehingga Alloh timpakan rasa itu dalam hatimu.

Maka wajarlah...
Karena keberkahan tidak akan didapatkan kecuali dengan cara yang baik dan benar.

Jika ini nasehat, maka tentu lebih pas untuk si penulisnya.

Eka Rosaria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar