#catatanhatilelaki
"Sebutkan hal paling diinginkan dari calon istrimu nanti?"
Pertanyaan itu saya lontarkan ketika seorang ikhwan minta dicarikan akhwat. Dia menghubungi saya lewat akun google setelah membaca tulisan saya tentang jodoh, begitu menurutnya. Saya tidak mengenalnya sama sekali. Tapi dengan percaya diri dia meminta dan tentunya percaya sama saya. Padahal, jujur saja, saya bukan mak comblang. Hanya kadang saja ada yang minta dicarikan jodoh.
Kemudian saya sampaikan dan ngobrol dengan suami tentang hal ini. Kami berdua berusaha membantu dan mencarikan. Kalau taqdirnya bertemu, alhamdulillah. Kalau pun belum, alhamdulillah. Semuanya baik.
Aslinya saya takut ketika ada ikhwan atau akhwat yang minta dicarikan jodoh. Bukan apa-apa, merasa khawatir kalau suatu saat ada masalah di antara keduanya, maka saya merasa tersalahkan. Meskipun sejak awal pasti akan saya sampaikan bahwa yang memberi jodoh itu Alloh, mintalah sama Alloh lewat sholat istikhoroh ketika ada akhwat yang siap dinikahi. Maka apa pun yang terjadi di kemudian hari, ke duanya akan siap menghadapinya tanpa menyalahkan siapa pun, termasuk saya.
"Saya menginginkan akhwat yang cantik, punya hafalan Quran itu lebih bagus. Pendidikan tidak terlalu penting. Bahkan lulus SD pun saya mau. Saya siap mendidiknya sebagai bentuk tanggungjawab saya sebagai suami. Tapi satu yang penting adalah, saya mau akhwat yang tidak punya pacar dan tidak pernah pacaran. Juga tidak suka main facebook. Karena saya sadar, saya ini lelaki pencemburu".
Cantik, satu yang memang sering diminta oleh para lelaki. Tak pandang bulu kalau dia juga aslinya tidak ganteng 😊, cantik tetap pilihan pertama. Saya tidak menyalahkan. Itu hal naluriah. Wajar. Asalkan akhwatnya memang mau dan ikhwannya punya hal yang bisa menawan hatinya, maka tidak ada masalah.
Maka benar kata sebagian orang. Yang tampan akan kalah oleh yang mapan.😊
Saya tidak menjanjikan, hanya akan mengusakahan. Dia menerima dan menunggu.
Qodarulloh akhirnya memang Alloh turunkan jodohnya lewat saya. Cantik, alhamdulillah. Seperti yang dia inginkan. Baik, in syaa Alloh. Pas, si akhwat sebelumnya tidak pernah pacaran, tidak punya pacar, tidak main fb.
Lelaki ini setahu saya memang punya akun fb. Itu saya ketahui setelah agak lama dan tidak terlalu aktif. Bukan type yang suka bikin status, apalagi status nada curhat atau alay tidak penting.
Saya pikir, begitulah seharusnya. Kalau menginginkan calon istri yang tidak suka main fb, maka dia sendiri pun jangan suka main fb. Kalau menginginkan calon istri tidak punya pacar dan belum pernah pacaran, maka dia pun begitu, harus sama.
Bukan sebaliknya. Menginginkan calon istri tidak suka main fb, tapi sendirinya sangat aktif, bahkan sering curhat tidak jelas. Menginginkan calon istri yang tidak punya pacar dan belum pernah pacaran, tapi sendirinya melakukannya. Maka ini namanya tidak adil. Karena menuntut hal yang tidak dilakukan oleh calon istri tapi dia sendiri melakukannya.
Hal ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi ikhwan atau akhwat.
Maka, saat ke duanya meng-iya-kan untuk nadzor, saya memberikan syarat buat ke duanya.
Syaratnya adalah, tidak boleh ada komunikasi apa pun di antara merka berdua sebelum halal. Harus lewat saya dan suami atau ibunya si akhwat. Saya tekankan untuk tidak melanggar. Dia pun menyanggupinya dan tidak ada masalah. Dan saya meminta mereka untuk rajin sholat istikhoroh minta ketetapan hati dalam urusan ini.
Kenapa?
Wallohi, saya menginginkan kebaikan saat Alloh jadikan perantara bagi mereka. Agar pernikahannya diberkahi karena melewatinya dengan kebaikan dan keta'atan. Karena sakinah, mawaddah dan rohmah tidak akan didapatkan kecuali dengan cara yang baik dan benar. Dan saya pun tidak kecipratan dosanya jika mereka melanggar karena saya sudah mengingatkan.
Alhamdulillah, Alloh taqdirkan berjodoh. Maka, apa pun yang terjadi saat sudah menikah nanti, semoga Alloh berikan keberkahan. Rumah tangganya harmonis, anak-anaknya lahir sholeh sholehah. Jika pun ada ujian, maka semoga Alloh mampukan melewatinya.
Ikhwan, akhwat,..
Jika ingin diberi jodoh yang baik, maka perbaiki juga diri kita. Lalu ikhtiar kemudian tawakkal.
Jangan terlalu tinggi menginginkan jodoh, karena diri sendiri pun tidaklah sempurna. Carilah yang agamanya baik, semoga Alloh bereskan semua urusan dalam pernikahan. Jangan lelah ketika melangkah, jangan ngeluh saat berpeluh, karena menikah adalah ibadah terlama yang akan dijalani,, maka memperbanyak sabar adalah kuncinya.
Setiap pernikahan ada ujiannya sendiri. Maka bersabarlah sampai batas kemampuan. Jika pun tidak, maka Islam memberikan pilihan dengan cara yang baik.
Allohu'alam
Eka Rosaria
Awal juli 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar