Rabu, 18 Maret 2020

kisah virus 2

Yang menakjubkan dari sebuah status medsos dan seringkali jadi hiburan tersendiri adalah komennya. Bahkan juga dari komen itu jadi tahu sesuatu yang tadinya belum tahu.

Ajaibnya dari kasus virus ini adalah, banyaknya ummat muslim yang mencela dan mengejek sesamanya yang tetap mendirikan sholat jamaah di masjid. Pun dengan kumpulan muslim yang punya niat doa bersama. Ada yang ngejek sok punya banyak nyawa, atau ejekan, emangnya yakin tuh doa kamu bakalan dikabulkan. Ajaib memang. Mereka-mereka ini sibuk komen kurang baik, bukan sibuk komen mendoakan. Seandainya kumpulnya dianggap kurang tepat saat ini, doakan saja tidak jadi. Tidak perlu ditambah kalimat celaan. Yang di daerahnya sudah ada yang kena dan memilih sholat di rumah, semoga segera hilang virusnya sehingga normal seperti sediakala.

Pada akhirnya saling ejek sesama muslim. Lupa dengan urusan yang lebih penting lainnya.

Semua muslim kaget dengan berkumpulnya ribuan sesamanya yang ingin doa bersama. Sementara ada pemeluk agama lain dengan acara mirip, kumpul sekian banyak orang, tetap berjalan. Meski dilarang pemerintah setempat. Coba soroti juga, dong. Kan biar adil gitu! -saya menemukan link berita acaranya tetap jalan di komen status teman-

Saya menanggapi sangat baik satu tulisan tentang sikap pihak dkm masjid Jogokariyan Jogjakarta terhadap kasus ini. Memandang dari banyak sisi. Dan pada intinya, pesan i ti tersampaikan. Jangan PANIK!. Itu inti pesannya. Ikhtiyar tetap jalan. Dan bagi muslim yang baik, saya yakin, ikhtiyar mereka tidak diragukan. 

Berita yang saya baca, di Saudi, tempat-tempat umum semua ditutup. Resto, pasar,dll. Kemudian menyusul penutupan masjid sementara untuk antisipasi. Ini sangat jelas. Menutup masjid setelah sebelumnya menutup tempat-tempat umum yang diprediksi bisa menjadi sarana penularan.

Sementara di sini. Pasar masih tetap buka. Rame malahan. Mall tetap seperti biasa. Resto juga banyak yang buka. Kantor dan pabrik masih berjalan. Lalu banyak orang bikin status yang harus terpaksa harus keluar rumah ke pasar dan tempat lainnya karena harus membeli kebutuhan. Dan beberapa orang yang memang tetap dengan aktivitasnya. Sama seperti teman saya yang pedagang pasar tradisional, tiap hari masih jualan di pasar. Dan pasar tetap ramai. Bagi sebagian mereka, ke pasar atau ke mall termasuk hal penting yang harus dilakukan saat ini. Mengingat kebutuhan hidup pastinya harus tetap dipenuhi. Terutama soal makan. Karena jelas, jika tak punya persediaan makanan di rumah, bagaimana jadinya? Jangan sampai seperti komennya teman saya bahwa bisa-bisa malah matinya karena kelaparan. Bukan karena virusnya.

Pertanyaannya, jika ke pasar, ke pabrik, ke kantor, ke mall, ke resto, masih dianggap hal penting saat sekarang ini, lalu bagaimana dengan urusan sholat jum'at dan sholat jamaah di masjid?

Silahkan dijawab dengan hati masing-masing. Karena seharusnya seperti yang dilakukan Saudi, menutup masjid setelah menutup fasilitas umum. Dan saya tidak butuh orang yang suka mendebat di komen. 

Dan pula, hadits Nabi soal wabah itu jelas. Diam yang di dalam. Jangan masuk dari luar. Yang perlu dikritisi adalah, jangan biarkan orang asing dari luar masuk. Dan kita yamg di dalam diam. Yang harus diputus mata rantainya. Supaya jelas manfaat karantinanya.

Yang milih sholat di rumah karena di daerahnya sudah ada yang kena, silahkan. Semoga semuanya tetap sehat.

Setelah sholat ini, sudahkan mendoakan sodaranya agar sehat? Alhamdulillaah. Intinya saling doakan, semuanya sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar